Potensi Masyarakat
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis
palawija yang dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo,
kedelai, dan jagung. Selain itu, petani juga ada yang menanam tanaman
hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada beberapa
alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya
karena cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun,
biasanya petani dapat panen sebanyak dua kali. Di musim kemarau
biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi tanaman semangka.
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha
jangkrik ini pernah bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton
perminggu. Jangkrik ini memiliki umur panen selama satu minggu. Setelah
itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama dua bulan
sekali
Permasalahan Masyarakat
Permasalahan Masyarakat yang terjadi di Desa Beusi seperti :
- Permasalahan pertanian dan perekonomian masyarakat
Permasalahan dari Aspek Pertanian diantaranya:
- Akses petani terhadap modal
Banyak dari para petani yang masih kesulitan untuk mendapatkan modal
bagi perkembangan usaha taninya disamping luasan kepemilikan lahannya
yang masih sempit. Persyaratan administratif dirasa sulit bagi petani
yang ingin meminjam modalnya ke bank. Hal ini disebabkan kepemilikan
lahan yang kebanyakan masih berupa lahan garapan milik orang lain,
sehingga persyaratan perbankan yang menjadikan surat tanah sebagai
jaminan sulit terpenuhi.
- Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
Petani kurang memiliki akses terhadap informasi, terutama informasi
mengenai harga beras yang masih kurang karena saluran distribusi yang
masih panjang sehingga petani tidak mengetahui harga beras di pasaran.
Harga jual beras di petani masih terbilang rendah. Saluran pemasaran
yang masih panjang membuat petani tidak memiliki bergaining position
yang membuatnya dapat menentukan harga jual padinya sendiri. Harga yang
berlaku berada di pihak pembeli yaitu tengkulak. Sangat sulit untuk
memotong saluran pemasaran karena adanya keterikatan antara petani dan
tengkulak. Tengkulak seringkali meminjamkan modal kepada petani yang
jika petani meminjamnya kepada lembaga formal seperti bank akan sulit.
Selain untuk modal, tengkulak juga dapat meminjamkan uang kepada petani
untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini
hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya
manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
Salah satu masalah yang ada pada sebagian petani Desa Beusi adalah
pola pikir. Mereka menganggap bahwa mekanisme jika mereka bergabung
dalam kelompok tani itu adalah rumit. Sebagian lain mengetahui
keuntungan yang didapat dari kelompok tani, namun masih enggan untuk
berkelompok. Ada juga kelompok yang baru dibuat setelah adanya program
pemberian bantuan dari pemerintah yang mempersyaratkan petani yang
diberi dana bantuan tersebut memiliki kelompok.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi
legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang
memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang
setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima
adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk
menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang
didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima
adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo
dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak
berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah
petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih
berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan
produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa
yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka
enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo
juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk
melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya
Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk
mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam
penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya
Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman
bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk
percepatan swasembada pangan.
Luas lahan sawah yang dimiliki petani relatif sempit yaitu rata-rata
0,5 ha. Dengan luasan lahan yang sempit ini, akan semakin sulit bagi
perkembangan usaha taninya.
- Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan
Kebanyakan dari para petani maupun buruh tani adalah berusia lanjut.
Para pemuda banyak yang merantau ke luar kota untuk menjadi buruh.
Mereka menganggap bahwa desa tidak menjanjikan kehidupan yang lebih
baik. Daya tarik perkotaan yang menyediakan banyak akses untuk
mendapatkan berbagai macam fasilitas menyebabkan masyarakat desa banyak
melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan. Tenaga petani yang sudah tua
tentu berbeda dengan yang masih muda. Oleh karenanya produktifitas tidak
maksimal.
- Organisme pengganggu tanaman
Produktivitas pertanian sangat bergantung pada usaha petani dalam
mengendalikan berbagai organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang
di Desa Beusi ini diantaranya gulma, hama kupu-kupu, ulat, dan wereng.
Permasalahan dari Aspek Peternakan diantaranya:
- Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi
- Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
- Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar
Permasalahan industri genteng dan bata:
- Produktivitas bergantung musim
- Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
- Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau
harganya murah, namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
- Skala usaha kecil
- Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar