Kamis, 18 Agustus 2016

Masalah dan Potensi Desa

Potensi Masyarakat

  • Aspek Pertanian
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi tanaman semangka.

  • Aspek Peternakan
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama dua bulan sekali

Permasalahan Masyarakat

Permasalahan Masyarakat yang terjadi di Desa Beusi seperti :
  1. Permasalahan pertanian dan perekonomian masyarakat
Permasalahan dari Aspek Pertanian diantaranya:
  • Akses petani terhadap modal
Banyak dari para petani yang masih kesulitan untuk mendapatkan modal bagi perkembangan usaha taninya disamping luasan kepemilikan lahannya yang masih sempit. Persyaratan administratif dirasa sulit bagi petani yang ingin meminjam modalnya ke bank. Hal ini disebabkan kepemilikan lahan yang kebanyakan masih berupa lahan garapan milik orang lain, sehingga persyaratan perbankan yang menjadikan surat tanah sebagai jaminan sulit terpenuhi.
  • Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
Petani kurang memiliki akses terhadap informasi, terutama informasi mengenai harga beras yang masih kurang karena saluran distribusi yang masih panjang sehingga petani tidak mengetahui harga beras di pasaran.
  • Harga jual rendah
Harga jual beras di petani masih terbilang rendah. Saluran pemasaran yang masih panjang membuat petani tidak memiliki bergaining position yang membuatnya dapat menentukan harga jual padinya sendiri. Harga yang berlaku berada di pihak pembeli yaitu tengkulak. Sangat sulit untuk memotong saluran pemasaran karena adanya keterikatan antara petani dan tengkulak. Tengkulak seringkali meminjamkan modal kepada petani yang jika petani meminjamnya kepada lembaga formal seperti bank akan sulit. Selain untuk modal, tengkulak juga dapat meminjamkan uang kepada petani untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
  • Pola Pikir
Salah satu masalah yang ada pada sebagian petani Desa Beusi adalah pola pikir. Mereka menganggap bahwa mekanisme jika mereka bergabung dalam kelompok tani itu adalah rumit. Sebagian lain mengetahui keuntungan yang didapat dari kelompok tani, namun masih enggan untuk berkelompok. Ada juga kelompok yang baru dibuat setelah adanya program pemberian bantuan dari pemerintah yang mempersyaratkan petani yang diberi dana bantuan tersebut memiliki kelompok.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
  • Luas lahan sempit
Luas lahan sawah yang dimiliki petani relatif sempit yaitu rata-rata 0,5 ha. Dengan luasan lahan yang sempit ini, akan semakin sulit bagi perkembangan usaha taninya.
  • Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan
Kebanyakan dari para petani maupun buruh tani adalah berusia lanjut. Para pemuda banyak yang merantau ke luar kota untuk menjadi buruh. Mereka menganggap bahwa desa tidak menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Daya tarik perkotaan yang menyediakan banyak akses untuk mendapatkan berbagai macam fasilitas menyebabkan masyarakat desa banyak melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan. Tenaga petani yang sudah tua tentu berbeda dengan yang masih muda. Oleh karenanya produktifitas tidak maksimal.
  • Organisme pengganggu tanaman
Produktivitas pertanian sangat bergantung pada usaha petani dalam mengendalikan berbagai organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang di Desa Beusi ini diantaranya gulma, hama kupu-kupu, ulat, dan wereng.
Permasalahan dari Aspek Peternakan diantaranya:
  • Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi
  • Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
  • Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar
Permasalahan industri genteng dan bata:
  • Produktivitas bergantung musim
  • Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
  • Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau harganya murah, namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
  • Skala usaha kecil
  • Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar