Kamis, 18 Agustus 2016

Aspek Ekonomi

Gambaran Umum Perekonomian Desa
Perekonomian yang ada di Desa Beusi merupakan aset yang besar bagi pertumbuhan perekonomian penduduk desa. Selain berpusat pada sektor pertanian, di Desa Beusi juga berkembang sektor lainnya seperti industri dan jasa. Sektor industri terdiri dari industri genteng dan batu bata, sedangkan pada sektor jasa terdapat usaha-usaha seperti gilingan padi, cuci motor, warung internet, dan foto copy.
Berdasarkan data yang kami peroleh dari aparatur desa, 80% masyarakat Desa Beusi merupakan petani. Sisanya mayoritas bekerja sebagai pedagang dan pekerja bangunan. Petani di Desa Beusi biasanya juga memanfaatkan waktu luang tidak ada pekerjaan di ladang untuk mencari pekerjaan lain. Beberapa memilih untuk bekerja sebagai buruh garmen, dan sebagian lainnya bekerja hingga ke luar kota sebagai pekerja bangunan.
Pertanian
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi tanaman semangka.
Sebagian besar petani adalah petani penggarap. Mereka menggarap lahan sawah milik orang lain. Pemilik sawah ada yang berasal dari luar desa maupun luar kota. Petani penggarap membeli berbagai macam sarana produksi pertanian menggunakan uangnya sendiri. Pembagian hasil jual padi menggunakan sistem bagi hasil antara petani penggarap dengan pemilik sawah sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya. Sebagian yang lainnya merupakan petani dengan status kepemilikan lahan milik pribadi.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran beras di Desa Beusi melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yaitu bandar desa (supplier), pedagang di pasar, dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga pemasaran ini harus melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti menyalurkan beras dalam waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini berguna untuk memudahkan penyaluran beras kepada konsumen dibandingkan penyaluran secara langsung oleh petani. Pemasaran beras di Desa Beusi terdapat 2 saluran pemasaran.
Saluran pemasaran produksi tanaman padi yang ada di Desa Beusi adalah:
  1. Petani -> Tengkulak -> Pasar Tradisional -> Pedagang Pengecer -> Konsumen Akhir
  2. Petani -> Tengkulak -> Konsumen Akhir

Fungsi-fungsi Pemasaran
Lembaga-lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses penyampaian produk dari produsen sampai ke konsumen seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran beras dari Desa Beusi terlihat pada tabel. Pada tabel dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, fungsi fisik yang meliputi kegiatan pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas yang meliputi kegiatan pemberian informasi, penanggungan risiko, standarisasi, dan pembayaran. Petani hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan. Sedangkan lembaga-lembaga pemasaran melakukan hampir seluruh kegiatan fungsi-fungsi pemasaran, hal ini dilakukan sebab lembaga pemasaran berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara petani/produsen dengan konsumen agar konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk, dan harga yang tepat.

Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Perlakuan
Petani Pertukaran Penjualan
Tengkulak Pertukaran Fisik

Fasilitas
Pembelian, penjualan Pengangkutan, penggilingan, pengemasan, penyimpanan
Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran
Pedagang di Pasar Tradisional Pertukaran Fisik

Fasilitas
Pembelian, penjualan Pengangkutan, pengemasan, penyimpanan
Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran
Pedagang Pengecer Pertukaran Fisik

Fasilitas
Pembelian, penjualan Pengangkutan, pengemasan, penyimpanan
Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran


  1. Petani
Petani melakukan fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan berupa penjualan. Petani menjual hasil produksi pertaniannya kepada tengkulak yang sudah biasa menyalurkan hasil produksi pertanian para petani di Desa Beusi. Petani menjual gabah keringnya senilai R. 6.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya saprodi dan biaya tenaga kerja.
  1. Tengkulak
Tengkulak melakukan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan. Fungsi fisik berupa pengangkutan, penggilingan, pengemasan, dan penyimpanan, sedangkan fungsi fasilitas berupa informasi, standarisasi, penanggungan risiko, dan pembayaran.
Tengkulak membeli hasil panen padi para petani. Padi yang sudah dibeli dari petani kemudian digiling menggunakan mesin penggiling padi. Tengkulak juga mengemas padi yang sudah digiling ke dalam karung. Tengkulak mendistribusikan beras dari petani menuju pasar Pasar Tradisional Ciborelang menggunakan mobil pick up..
Tengkulak juga melakukan fungsi informasi mengenai harga beras di pasar, jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh petani, dan informasi lainnya. Tengkulak melakukan standarisasi beras yang akan berpengaruh pada harga jual beras.
Biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak adalah biaya penyimpanan beras di gudang, biaya penggilingan, biaya pengemasan, dan biaya transportasi.
  1. Pedagang di Pasar Tradisional
Pedagang di Pasar Tradisional Ciborelang melakukan fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan, serta fungsi fasilitas berupa informasi, penanggungan risiko dan pembayaran.
Pedagang di pasar membeli beras dari beberapa tengkulak. Pedagang biasanya membeli beras dari tengkulak.
Harga di pasar ditentukan oleh mekanisme pasar, dimana saat padi banyak dipasaran, maka harga jual akan turun.
  1. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli beras dari pasar untuk kemudian dijual kembali ke konsumen.
  1. Konsumen Akhir
Konsumen akhir melakukan fungsi pemasaran yaitu pembelian.

Perilaku Pasar
Perilaku pasar diketahui dengan mengamatai praktek penjualan dan pembelian. Sistem penentuan harga dan pemabayaran diantara lembaga pemasaran.

Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran
Penentuan harga beli padi antara tengkulak dengan petani adalah tawar menawar dan ditentukan oleh lembaga tengkulak, sedangkan tengkulak dengan pedagang di pasar tradisional adalah harga standar, dimana meskipun terjadi fluktuasi harga dipasaran, tengkulak akan tetap membayar sesuai dengan harga standar yang ditetapkan.
Harga di pedagang pasar didasarkan kepada harga di pasar yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Penentuan harga antara pedagang pasar dan pengecer dan antara pengecer dengan konsumen juga melalui proses tawar menawar.

Kerjasama di Antara Lembaga Pemasaran
Harga ditentukan oleh pasar atau melalui hukum permintaan dan penawaran. Dimana permintaan tinggi maka harga jual akan rendah. Sedangkan penawaran sedikit maka harga jual akan naik, tanpa ada kesepakatan antara pedagang untuk meningkatkan harga.

Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan beras dari Desa Beusi untuk sampai ke konsumen. Biaya-biaya yang ditanggung oleh lembaga pemasaran antara lain: biaya pengangkutan transportasi, biaya penyusutan, bongkar muat, pengemasan, sortiran, penyimpanan, dan retribusi.
  1. Biaya Pengangkutan
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam membawa atau memindahkan beras dari suatu tempat ke tempat lain untuk memudahkan pemasaran sampai ke tangan konsumen. Biaya pengangkutan merupakan komponen biaya rata-rata terbesar kedua setelah biaya penyusutan yang harus dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran dalam tiap-tiap saluran. Lembaga yang mengeluarkan biaya pengangkutan adalah tengkulak.
  1. Biaya Pengemasan
Biaya pengemasan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menjaga kualitas barang yang diperjualbelikan. Biaya pengemasan untuk padi dapat berupa plastik pembungkus dan karung. Lembaga yang mengeluarkan biaya pengemasan adalah tengkulak dan pedagang di pasar.
  1. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam menyimpan padi agar kualitas dan kuantitas paprika terjaga. Lembaga yang mengeluarkan biaya penyimpanan adalah tengkulak dan pedagang di pasar.
  1. Biaya Penyusutan
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akibat pengurangan atau penyusutan kuantitas padi. Biaya penyusutan merupakan komponen biaya rata-rata terbesar padi.
  1. Biaya Bongkar Muat atau Susun
Biaya bongkar muat atau susun merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk memindahkan padi hasil pengangkutan ke tempat penyimpanan.
  1. Biaya Sortasi
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk menggolongkan beras berdasarkan kualitasnya. Biaya sortasi untuk beras dilakukan oleh lembaga pemasaran yang menerima produk langsung dari petani yaitu tengkulak.
  1. Biaya Retribusi
Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran berupa kewajiban membayar sewa tempat misalnya pedagang pasar yang menyewa kios di pasar.
Permasalahan
  • Akses petani terhadap modal
Banyak dari para petani yang masih kesulitan untuk mendapatkan modal bagi perkembangan usaha taninya disamping luasan kepemilikan lahannya yang masih sempit. Persyaratan administratif dirasa sulit bagi petani yang ingin meminjam modalnya ke bank. Hal ini disebabkan kepemilikan lahan yang kebanyakan masih berupa lahan garapan milik orang lain, sehingga persyaratan perbankan yang menjadikan surat tanah sebagai jaminan sulit terpenuhi.
  • Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
Petani kurang memiliki akses terhadap informasi, terutama informasi mengenai harga beras yang masih kurang karena saluran distribusi yang masih panjang sehingga petani tidak mengetahui harga beras di pasaran.
  • Harga jual rendah
Harga jual beras di petani masih terbilang rendah. Saluran pemasaran yang masih panjang membuat petani tidak memiliki bergaining position yang membuatnya dapat menentukan harga jual padinya sendiri. Harga yang berlaku berada di pihak pembeli yaitu tengkulak. Sangat sulit untuk memotong saluran pemasaran karena adanya keterikatan antara petani dan tengkulak. Tengkulak seringkali meminjamkan modal kepada petani yang jika petani meminjamnya kepada lembaga formal seperti bank akan sulit. Selain untuk modal, tengkulak juga dapat meminjamkan uang kepada petani untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
  • Pola Pikir
Salah satu masalah yang ada pada sebagian petani Desa Beusi adalah pola pikir. Mereka menganggap bahwa mekanisme jika mereka bergabung dalam kelompok tani itu adalah rumit. Sebagian lain mengetahui keuntungan yang didapat dari kelompok tani, namun masih enggan untuk berkelompok. Ada juga kelompok yang baru dibuat setelah adanya program pemberian bantuan dari pemerintah yang mempersyaratkan petani yang diberi dana bantuan tersebut memiliki kelompok.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
  • Luas lahan sempit
Luas lahan sawah yang dimiliki petani relatif sempit yaitu rata-rata 0,5 ha. Dengan luasan lahan yang sempit ini, akan semakin sulit bagi perkembangan usaha taninya.
  • Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan
Kebanyakan dari para petani maupun buruh tani adalah berusia lanjut. Para pemuda banyak yang merantau ke luar kota untuk menjadi buruh. Mereka menganggap bahwa desa tidak menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Daya tarik perkotaan yang menyediakan banyak akses untuk mendapatkan berbagai macam fasilitas menyebabkan masyarakat desa banyak melakukan urbanisasi ke daerah perkotaan. Tenaga petani yang sudah tua tentu berbeda dengan yang masih muda. Oleh karenanya produktifitas tidak maksimal.
  • Organisme pengganggu tanaman
Produktivitas pertanian sangat bergantung pada usaha petani dalam mengendalikan berbagai organisme pengganggu tanaman. OPT yang menyerang di Desa Beusi ini diantaranya gulma, hama kupu-kupu, ulat, dan wereng.
Peternakan
Pemerintah telah memberikan bantuan berupa hewan ternak. Namun pada kenyataannya ternak yang diberikan banyak yang dijual sebelum berkembang. Hal ini terjadi lantaran pemberian bantuan ini tidak tepat sasaran.
Saat ini, di Desa Beusi masih terdapat beberapa peternakan. Baik dalam sekala besar maupun rumahan. Salah satu peternakan yang masih berkembang ialah usaha peternakan bersama. Usaha yang dikoordinatori oleh Bapak Edi, bersama teman-temannya ini mam.
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama dua bulan sekali.

Masalah:
  • Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi
  • Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
  • Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar

Industri
Selain pertanian dan peternakan, sektor industri juga ikut menyokong perekonomian Desa Beusi. Industri yang berkembang sejak tahun 1991 sampai saat ini adalah industri genteng. Selain industri genteng, belakangan berkembang juga industri batu bata.
Industri genteng dari Desa Beusi sudah memproduksi berbagai jenis genteng berkualitas. Mulai dari Morando, Gamble, dan Logwuwung. Ketiga jenis tersebut masih di variasikan kedalam berbagai variansi warna. Warna merah coklat, hijau, hitam, dan merah.
Dalam memproduksi genteng, satu truk tanah liat dapat menghasilkan 2500 buah genteng jenis morando.
Permasalahan industri genteng dan bata:
  • Produktivitas bergantung musim
  • Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
  • Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau harganya murah, namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
  • Skala usaha kecil
  • Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar


Jasa
Perkembangan ekonomi Desa Beusi mendorong berkembangannya sektor jasa. Meningkatnya kepemilikian sepeda motor meningkatkan permintaan akan jasa cuci motor dan service sepeda motor.
Perkembangan sektor jasa lainnya yang terus tumbuh seiring masuk dan berkembangnya ilmu  pengetahuan dan teknologi ialah jasa fotocopy dan warung internet. Dengan adanya warung internet, masyarakat khususnya pemuda, mulai terbiasa mengakses situs-situs di internet. Kebanyakan dari mereka membuka jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Menggunakan layanan warung internet di Desa Beusi, masyarakat dapat melakukan cetak/print dokumen.
Bila di banding dengan di kota, tarif internet dan print dokumen di Desa jauh lebih mahal. Untuk satu jam Internet, pelanggan di kenakan biaya Rp 5.000, sedangkan untuk cetak dokumen Rp 1.000 per lembah untuk hitam putih. Tarif fotocopy  juga sedikit lebih mahal, yakni Rp 200/lbr. Namun, untuk tarif cuci sepeda motor, tarifnya relatif lebih murah, yakni Rp 8.000.

 Kemampuan Keuangan Desa
Kemampuan keuangan desa masih menggandalkan bantuan dari pememrintah sementara untuk pendapatan asli desa dan bantuan pihak ketiga masih kurang.
Sarana dan Prasaranan Perekonomian Desa
  1. Sarana Jalan
  • Jalan desa yang merupakan akses menuju pusat kota sudah semua di aspal.
  • Jalan gang untuk tiap dusun perlu ada perbaikan.
  1. Sarana Irigasi
Saluran irigasi yang ada di Desa Beusi masih dalam sistem tradisional, sehingga fungsinya belum maksimal.
  1. Sarana Telekomunikasi dan Informasi
Dengan banyaknya alat telekomunikasi, seperti telepon genggam (HP) yang dapat mengakses internet membuat komunikasi semakin lancar dan mudah. Disamping itu sebagian keluarga telah memiliki sarana TV, Radio, dan Komputer yang dijadikan sumber pengetahuan untuk menghadapi perkembangan jaman yang semakin cepat.

  1. Kondisi Lembaga Perekonomian Desa (Pasar, Kelompok Tani, Koperasi)
Di Desa Beusi terdapat beberapa lembaga keuangan seperti Bank Pemerintah (BRI) dan Koperasi. Lembaga perekonomian ada dua yaitu, KUD, UPK. UPK ini merupakan rintisan dari program PNPM mandiri yang sudah dimulai dari tahun 2001. Dan program UPK ini dikhususkan untuk masyarakat desa yang ingin membuka usaha UMKM. Sedangkan KUD, dikhususkan untuk petani yang ini memajukan hasil panennya.Untuk UPK sendiri memiliki besaran bunga sebesar 1,2%-2,7% per tahun. Sedangkan untuk KUD memiliki besaran bunga sebesar 5%..Sehingga di desa ini, banyak masyarakatnya menggunakan kredit UPK karena bunganya kecil. Dan banykanya peminjam yang melunasi pinjamannya tepat waktu Sedangkan KUD itu sendiri bisa dikatakan tidak terlalu menonjol baik dari segi kepengurusan atau segi keanggotaannya. Dikarenakan banyaknya anggota koperasi yang tidak dikembalikan (Kredit macet) dan di Koperasi Unit Desa itu sendiri hanya menawarkan
Masalah :
  • Masih banyaknya masyarakat desa yang meminjam dana,namun dana yang dipinjamkan sering salah sasaran
  • Banyaknya proses kredit macet,terlebih-lebih pada lembaga koperasi unit desa sehingga menyebabkan tidak berjalannya koperasi secara aktif
Pasar
Di desa beusi sebagian masyarakat desanya berelanja di pasar yaitu pasar ciborelang. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang menjajakan kebutuhan sehari-hari seperti sayur maur,daging,buah-buahan dan lain-lain. Walaupun Pasar ini letaknya tidak didesa beusi,tetapi sebagian masyarakat dari desa beusi berjualan dan berdagang di pasar ciborelang ini. Pasar yang buka dari jam 4 pagi hingga jam 12 siang ini memiliki beberapa banyak kios atau lapak yang banyak dan banyaknya lapak-lapak yang baru dibuat. Walaupun pasar ini beroperasi hingga jam 12 siang,namun ada beberapa kios atau toko yang buka hingga sore hari.
Pasar ciborelang ini bagi masyarakat desa susah diakses dikarenakan jauhnya dari lokasi desa. Selain itu harga dari sewa lapak yang ada di pasar tersebut sangat mahl hingga mencapai 40 juta rupiah satu tahun, sehingga banyak masyarakat desa yang lama kelamaan enggan untuk berjualan di pasar ciborelang ini.
Masyarakat sangat mengharapkan adanya pasar yang dekat dengan akses jalan di desa Beusi agar tidak memakan waktu dan biaya transportasi di pasar sebelumnya.
Kelompok Tani
Di desa beusi memiliki kelambagaan yang berupa kelompok tani yang bertugas untuk mengimpun para petani seperti bagaimana teknik menanam tanaman padi dan palawija yang cepat dan efisien di desa tersebut. Serta memenuhi kebutuhan petani seperti peminjaman traktor hingga peminjaman dana untuk memenuhi kebutuhan petani seperti membeli pupuk,alat-alat tani dan lain-lain.
Kelompok Tani di desa beusi ini ada tiga yaitu dipegang oleh tiga ketua yakni bapak Qoyim,bapak Ukim,dan Bapak Diman. Dari struktur keanggotaanya satu kelompok tani terdiri dari 15 anggota.
Sekarang ini keberadaan kelompok tani di desa beusi keanggotaannya semakin berkurang,karena rata-rata petani lebih senang menanam padi tanpa diarahkan oleh kelompok tani dan banyaknya pula para petani yang meminjam dana untuk kebutuhan pertaniannya ke tengkulak begitu pula pada hasil penjualan pertaniannya para petani lebih condong ke tengkulak,karena prosesnya yang cepat
Koperasi
Di desa Beusi juga memiliki salah satu kelembagaan yang sudah berdiri cukup lama yaitu koperasi. Koperasi di desa ini hanya ada satu dan lebih condong bekerja sama dengan kelompok tani. Fungsi dari koperasi unit desa ini pada umumnya menawarkan dana pinjaman bagi masyarakat dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Besaran bunga pinjaman yang ditawarkan koperasi berkisar sebanyak 5% per tahun.
Namun sekarang ini keberadaan koperasi di desa beusi ini tidak begitu menonjol. Karena banyaknya masyarakat atau anggota koperasi yang meminjam dana ternyata tidak dikembalikan ( kredit macet). Lalu koperasi desa disini hanya menawarkan simpan pinjam saja sehingga keanggotaanya lebih fokus ke meminjam dan menibulkan kredit macet.
Pabrik genteng
Pabrik genteng didirikan pada tahun 1991. Dalam 1 tanah di pabrik genteng sekitar ada 2500 genteng. Tanah yang bagus diambil dari tanah khusus yang tidak ada batu dalam tanah tersebut. Alat bakar dari hutan. 1 tungku menghasilkan 7000 genteng. Ada 4 macam genteng yang disediakan yaitu genteng palentong, morando, gamble, lock/wuwung. Dari 4 macem genteng terdapat 4 jenis warna yaitu warna coklat, hijau, hitam, dan warna natural dari genteng. Harga genteng yang tidak berwarna 2200/buah. Harga genteng yang berwarna 3300/buah. Dalam memproduksi genteng biasanya ada yang cacat sekitar 1400 buah. 5% genteng terkena reject karena pembakaran
Pegawai terdiri dari hampir 140 orang.
Peralatan:
  1. Molen ada 2
  2. Roll mil
  3. oven
Permasalahan :
  1. Kendala kayu bakar pada musim hujan susah untuk dibawa ke tempat genteng dengan kendaraan dan sulit untuk dikerjakan pada saat kayu tersebut dipotong di hutan
  2. Tidak ada bantuan dari pemerintah
Tahap membuat genteng :
  1. Ambil tanah dari hasil tanah yang sudah dipilih
  2. Masukan tanah tersebut kedalam truk molen
  3. Potong-potong dari hasil penggilingan tanah tersebut
  4. Pindahkan hasil potongan tersebut rol mill
  5. Cetak satu persatu kedalam roll mil agar membentuk genteng
  6. Oleskan genteng tersebut dengan minyak khusus untuk genteng
  7. Simpan didalam rak selama 15 hari lalu dijemur

1 mesin dalam memproduksi genteng terdiri dari 8 orang
Biaya bahan baku:
  • Kayu bakar Rp 600/potong
  • Biaya molen Rp 100/genteng
  • Biaya cetak Rp 165/genteng
  • Biaya menjemur Rp 100/genteng
  • Oven Rp 50/genteng
  • Biaya bakar Rp 50/ genteng
  • Biaya reject Rp 50/produksi
  • Biaya tanah Rp 120
  • Biaya solar 100/genteng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar