Selasa, 15 November 2016
Kamis, 18 Agustus 2016
Aspek Politik
Berikut ini hasil dan pembahasan mengenai pemetaan sosial dari aspek politik dan pemerintahan :
PEMERINTAH DESA
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Karang Taruna
Dusun / Rukun Tetangga
Selama kami mengikuti kegiatan berkaitan dengan pemerintahan desa dan kepemudaan, kami menemukan beberapa aspek seperti aspek administrasi dan pelayanan pemerintahan desa, kegiatan kepemudaan dan kelembagaan lokal, program pembangunan yang dilaksanakan melalui pemerintahan desa, serta keberhasilan dan kegagalan dari program-program yang pernah dilakukan oleh Desa Beusi. Selain itu, selama sebulan ini kami diberikan kesempatan untuk mewawancarai beberapa badan seperti Badan Perwakilan Desa (BPD), Karang Taruna dan PKK sehingga kami dapat mengetahui bagaimana kondisi kelembagaan lokal di Desa Beusi.
Kegiatan pemerintahan Desa Beusi berpusat pada Kantor Kepala Desa Beusi. Aktivitas yang terdapat di dalamnya seperti kegiatan administrasi dan pelayanan pemerintahan desa berjalan sangat efektif meskipun jumlah aparat pemerintahan yang terdapat di dalamnya hanya 10 orang (tertera dalam Format Laporan Perkembangan Desa Beusi). Misalnya saja dalam kepengurusan surat-menyurat sangat dimudahkan tidak seperti yang biasa kita alami di kota dengan birokrasi yang sangat rumit.
Kegiatan kepemudaan yang terdapat dalam Desa Beusi mayoritas diprakarsai oleh Karang Taruna. Kelembagaan lokal yang terdapat di Desa Beusi yang aktif menurut pengamatan kami hanyalah organisasi PKK meskipun pada Format Laporan Perkembangan Desa Beusi terdapat banyak sekali kelembagaan lokal seperti Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, Badan Usaha Milik Desa dan lain-lain.
Selama sebulan kami berada di sini tidak nampak adanya program pembangunan yang dilaksanakan kecuali kegiatan yang sifatnya memang rutin dilakukan setiap tahun. Banyak program yang dilakukan oleh Desa Beusi demi pembangunan. Sekitar 65% dari jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan fisik di Desa Beusi sesuai dengan Musyawarah Rencana Pembangunan(Musrenbang). Namun, patut disayangkan jumlah penduduk yang dilibatkan dalam pelaksanaan proyek padat karya oleh pengelola proyek yang ditunjuk pemerintah desa hanya sekitar 30% dari jumlah penduduk Desa Beusi yang berjumlah kurang lebih 3000 orang.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat kelembagaan lokal di Desa Beusi seperti Badan Perwakilan Desa, Karang Taruna, PKK, dan lain-lain. Kami akan mencoba menjelaskan satu-persatu tugas dan fungsi masing-masing lembaga.
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Dasar hukum pembentukan Badan Perwakilan Desa (BPD) terdapat dalam PERDA No. 7 tahun 2006. Dalam penentuan anggota BPD dipilih oleh perwakilan masyarakat desa secara musyawarah dan mufakat. Dalam penentuan pimpinan BPD dipilh dari dan oleh anggota BPD secara langsung. Oleh karena itu produk keputusan BPD ini berupa peraturan desa dan permintaan keterangan dari Kepala Desa. Di Desa Beusi terdapat 11 orang anggota BPD dan kelembagaan ini sudah cukup terorganisir karena desa ini memiliki kantor atau ruang kerja BPD dan juga anggaran untuk BPD. Selain itu fungsi BPD sudah berjalan dengan baik seperti:
Karang Taruna
Karang Taruna merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang aktif dalam Desa Beusi seperti yang kita ketahui bersama bahwa Karang Taruna merupakan lembaga kemasyarakatan yang berisi pemuda pemudi yang siap melakukan perubahan dalam Desa Beusi sesuai dengan panggilan warga terhadap Karang adalah :
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Pemilihan pengurus organisasi PKK ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Desa. Tugas dari PKK sendiri adalah :
Lembaga Lainnya
Lembaga lainnya seperti Gakoptan yang terdiri dari 15 anggota, namun sekarang kurang aktif karena petani di Desa Beusi cenderung lebih memilih cara mereka sendiri dalam bertani di bandingkan harus di arahkan oleh kelompok.
PEMERINTAH DESA
Dasar hukum pembentukan pemerintahan desa | Keputusan Bupati |
Jumlah aparat pemerintahan | 10 orang |
Jumlah perangkat desa | 9 unit kerja |
Jumlah dusun di Desa Beusi | 5 dusun |
Pendidikan terakhir Kepala Desa | S1 |
Pendidikan terakhir Sekretaris Desa | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Pemerintahan | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Pembangunan | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Umum | SMA |
Pendidikan terakhir Kepala Urusan Keuangan | SMA |
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Dasar hukum pembentukan PKK | Keputusan Bupati |
Jumlah pengurus | 10 orang |
Alamat kantor | Desa Beusi Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka |
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Dasar hukum pembentukan BPD | Keputusan Kepala Desa |
Pendidikan terakhir Ketua BPD | S1 |
Pendidikan terakhir Wakil Ketua BPD | Pasca Sarjana |
Pendidikan terakhir Sekretaris BPD | Pasca Sarjana |
Pendidikan terakhir rata-rata anggota BPD | SMA |
Jumlah anggota BPD | 5 orang |
Karang Taruna
Dasar hukum pembentukan Karang Taruna | Keputusan Kepala Desa |
Jumlah pengurus | 10 orang |
Alamat kantor | Desa Beusi Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka |
Jumlah Karang Taruna | 2 organisasi |
Dusun / Rukun Tetangga
Jumlah Dusun | 5 Unit Organisasi |
Jumlah pengurus Dusun | 2 orang |
Jumlah Rukun Tetangga | 23 Unit Organisasi |
Jumlah pengurus Rukun Tetangga | 23 orang |
Selama kami mengikuti kegiatan berkaitan dengan pemerintahan desa dan kepemudaan, kami menemukan beberapa aspek seperti aspek administrasi dan pelayanan pemerintahan desa, kegiatan kepemudaan dan kelembagaan lokal, program pembangunan yang dilaksanakan melalui pemerintahan desa, serta keberhasilan dan kegagalan dari program-program yang pernah dilakukan oleh Desa Beusi. Selain itu, selama sebulan ini kami diberikan kesempatan untuk mewawancarai beberapa badan seperti Badan Perwakilan Desa (BPD), Karang Taruna dan PKK sehingga kami dapat mengetahui bagaimana kondisi kelembagaan lokal di Desa Beusi.
Kegiatan pemerintahan Desa Beusi berpusat pada Kantor Kepala Desa Beusi. Aktivitas yang terdapat di dalamnya seperti kegiatan administrasi dan pelayanan pemerintahan desa berjalan sangat efektif meskipun jumlah aparat pemerintahan yang terdapat di dalamnya hanya 10 orang (tertera dalam Format Laporan Perkembangan Desa Beusi). Misalnya saja dalam kepengurusan surat-menyurat sangat dimudahkan tidak seperti yang biasa kita alami di kota dengan birokrasi yang sangat rumit.
Kegiatan kepemudaan yang terdapat dalam Desa Beusi mayoritas diprakarsai oleh Karang Taruna. Kelembagaan lokal yang terdapat di Desa Beusi yang aktif menurut pengamatan kami hanyalah organisasi PKK meskipun pada Format Laporan Perkembangan Desa Beusi terdapat banyak sekali kelembagaan lokal seperti Lembaga Kemasyarakatan Desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, Badan Usaha Milik Desa dan lain-lain.
Selama sebulan kami berada di sini tidak nampak adanya program pembangunan yang dilaksanakan kecuali kegiatan yang sifatnya memang rutin dilakukan setiap tahun. Banyak program yang dilakukan oleh Desa Beusi demi pembangunan. Sekitar 65% dari jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan fisik di Desa Beusi sesuai dengan Musyawarah Rencana Pembangunan(Musrenbang). Namun, patut disayangkan jumlah penduduk yang dilibatkan dalam pelaksanaan proyek padat karya oleh pengelola proyek yang ditunjuk pemerintah desa hanya sekitar 30% dari jumlah penduduk Desa Beusi yang berjumlah kurang lebih 3000 orang.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat kelembagaan lokal di Desa Beusi seperti Badan Perwakilan Desa, Karang Taruna, PKK, dan lain-lain. Kami akan mencoba menjelaskan satu-persatu tugas dan fungsi masing-masing lembaga.
Badan Perwakilan Desa (BPD)
Dasar hukum pembentukan Badan Perwakilan Desa (BPD) terdapat dalam PERDA No. 7 tahun 2006. Dalam penentuan anggota BPD dipilih oleh perwakilan masyarakat desa secara musyawarah dan mufakat. Dalam penentuan pimpinan BPD dipilh dari dan oleh anggota BPD secara langsung. Oleh karena itu produk keputusan BPD ini berupa peraturan desa dan permintaan keterangan dari Kepala Desa. Di Desa Beusi terdapat 11 orang anggota BPD dan kelembagaan ini sudah cukup terorganisir karena desa ini memiliki kantor atau ruang kerja BPD dan juga anggaran untuk BPD. Selain itu fungsi BPD sudah berjalan dengan baik seperti:
- BPD berhasil menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa tanpa harus bersinggungan dengan pembangunan yang sedang berlangsung
- BPD dapat menyusun, merumuskan dan menetapkan peraturan-peraturan yang berlaku
- BPD dapat melakukan pengawasan dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah desa
- Dapat melayani dan menyalurkan aspirasi masyarakat
- Melakukan penyaringan dan menetapkan Kepala Desa.
Karang Taruna
Karang Taruna merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang aktif dalam Desa Beusi seperti yang kita ketahui bersama bahwa Karang Taruna merupakan lembaga kemasyarakatan yang berisi pemuda pemudi yang siap melakukan perubahan dalam Desa Beusi sesuai dengan panggilan warga terhadap Karang adalah :
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam kesehatan maupun dalam menghadapi bencana
- Membantu para tokoh-tokoh masyarakat dalam melakukan perubahan atau pembangunan di desa.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
Pemilihan pengurus organisasi PKK ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Desa. Tugas dari PKK sendiri adalah :
- Merencanakan, melaksanakan, membina pelaksanaan program-program kerja PKK
- Menghimpun, menggerakkan dan membina potensi masyarakat khususnya keluarga
- Memberikan bimbingan, motivasi dan memfasilitasi anggota-anggota PKK
Lembaga Lainnya
Lembaga lainnya seperti Gakoptan yang terdiri dari 15 anggota, namun sekarang kurang aktif karena petani di Desa Beusi cenderung lebih memilih cara mereka sendiri dalam bertani di bandingkan harus di arahkan oleh kelompok.
Aspek Pendidikan
PENDIDIKAN FORMAL
Desa Beusi memiliki lembaga pendidikan negeri dan swasta berupa yayasan. Berikut tabel jumlah sekolah di Desa Beusi:
Kurikulum pendidikan di SDN Beusi 1 yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Pendidikan tahun 2006. Berdasarkan kurikulum ini, terdapat beberapa mata pelajaran serta muatan lokal yang harus ditempuh oleh siswa. Berikut list mata pelajaran tersebut:
Dalam kurikulum ini, Kelas I – kelas III wajib mengambil cukup 1 mulok wajib yaitu bahasa Sunda. Selanjutnya, mulai dari kelas IV – kelas VI diberi tambahan mulok pilihan yaitu bahasa inggris dan agrobisnis. Meski kurikulum saat ini mewajibkan anak usia 7 – 12 tahun bagi yang masuk SD, namun masih ada beberapa murid di usia lebih dini yaitu 6 tahun.
Dalam hal tenaga pendidik, terdapat 24 orang guru, yang terdiri dari 14 guru PNS dan 6 guru honor, 3 tenaga honor, serta 1 guru PNS sebagai kepala sekolah. Pendidikan akhir dari setiap guru adalah Sarjana (S1) dengan pangkat yang berbeda – beda, seperti pangkat IVB, pangkat III, dll. Berikut ini adalah data guru sesuai dengan mata pelajaran di SDN Beusi 1:
Prasarana yang terdapat di SDN Beusi 1 adalah sebagai berikut:
Di SDN Beusi 1 belum terdapat Ruang Unit Kesehatan, sehingga jika ada siswa atau guru yang sakit langsung dibawa ke Pustu Kesehatan terdekat. Selain itu, salah satu lapangan juga digunakan sebagai lahan parkIr sepeda untuk siswa. Tidak adanya kantin juga mendorong banyaknya warga yang membuka warung jajananan di luar sekolah. Selain itu, meski telah disediakan perpustakaan, namun belum digunakan secara efektif karena masih dikumpulkannya buku – buku serta masih perlu dirapikan.
Kegiatan Ekstrakurikuler di SDN Beusi 1 antara lain olahraga voli dan pramuka. Kedua kegiatan tersebut tergolong pasif, dan hanya aktif ketika mendekati suatu turnamen atau acara yang akan diikuti oleh sekolah tersebut. Sehingga, tidak ada jadwal latihan rutin.
Berdasarkan peraturan pemerintah, SDN Beusi mendapat bantuan biaya dari pemerintah berupa BOS sebesar Rp. 800.000,. / murid / tahun. Dengan adanya bantuan biaya ini, semua murid dibebaskan biaya sekolah dari tahun awal hingga tahun akhir, kecuali untuk beberapa hal seperti atribut sekolah (seragam) dan alat tulis.
Jumlah siswa kelas 7 : 23 orang
Jumlah siswa kelas 8 : 13 orang
Jumlah siswa kelas 9 : 11 orang
MTS ini menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas 7. Sedangkan kurikulum 2006 digunakan untuk kelas 8 dan kelas 9.
Jumlah tenaga pendidik yang berada di MTS ini adalah 14 orang yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan BINTEK (Bina Teknologi) di Kertajati. Pelatihan ini dilakukan untuk memastikan bahwa guru tersebut telah mampu untuk menjalankan Kurtilas (Kurikulum 2013). Jika dibandingan dengan jumlah siswa yang ada, maka tenaga pendidik di MTS ini dianggap telah cukup bahkan lebih dari cukup untuk mengajar para siswa.
Sarana dan prasarana MTs ini terbilang kurang lengkap, antara lain:
Terdapat 4 ekstrakurikuler yang aktif disekolah ini yaitu Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, voli, dan futsal. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan pada sore hari. Program yang pernah dilakukan di MTs ini adalah berkemah keluar daerah selama 3 hari 2 malam (Perjusami).
- RA : 1 kelas
- TK – Q : 1 kelas
- TP – Q : 1 kelas
- MDTA : 1 kelas
- PTA (Pengajian) : 1 kelas
- Majelis Ta’lim : 1 kelas
- PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) : 3 kelas
PENDIDIKAN NON-FORMAL
Selain adanya lembaga – lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, di beberapa waktu terakhir semakin marak pula pendidikan non – formal seperti les. Pendidikan les ini lebih bersifat pribadi dan bukan berdasarkan badan atau lembaga penaung tertentu. Tarif yang dikenakan untuk setiap pertemuan les sejumlah Rp 2.000,-. Jumlah murid les saat ini sudah berkisar 50 – 70 orang anak.
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI DESA BEUSI
Permasalahan pendidikan yang ditemui di Desa Beusi adalah sebagai berikut.
Desa Beusi memiliki lembaga pendidikan negeri dan swasta berupa yayasan. Berikut tabel jumlah sekolah di Desa Beusi:
Tingkat Sekolah | Negeri | Swasta | Jumlah |
Kelompok Bermain (Kober) | 1 | 1 | 2 |
Taman Kanak – Kanak (TK) / RA | 1 | 1 | 2 |
Sekolah Dasar (SD) | 1 | 1 | 2 |
SLTP / MTs (Kelas jauh) | 1 | - | 1 |
- Kondisi Pendidikan di Lembaga Pendidikan Negeri
- Pendidikan SD di desa Beusi
Kurikulum pendidikan di SDN Beusi 1 yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Pendidikan tahun 2006. Berdasarkan kurikulum ini, terdapat beberapa mata pelajaran serta muatan lokal yang harus ditempuh oleh siswa. Berikut list mata pelajaran tersebut:
No | MATA PELAJARAN |
1 | Pendidikan Agama |
2 | Pendidikan Kewarganegaraan |
3 | Bahasa Indonesia |
4 | Matematika |
5 | Ilmu Pengetahuan Alam |
6 | Ilmu Pengetahuan Sosial |
7 | Seni Budaya dan Keterampilan |
8 | Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan |
9 | Mulok Wajib (Bahasa Sunda) |
10 | Mulok Pilihan 1 (Bahasa Inggris) |
11 | Mulok Pilihan 2 (Agrobisnis) |
Dalam kurikulum ini, Kelas I – kelas III wajib mengambil cukup 1 mulok wajib yaitu bahasa Sunda. Selanjutnya, mulai dari kelas IV – kelas VI diberi tambahan mulok pilihan yaitu bahasa inggris dan agrobisnis. Meski kurikulum saat ini mewajibkan anak usia 7 – 12 tahun bagi yang masuk SD, namun masih ada beberapa murid di usia lebih dini yaitu 6 tahun.
Dalam hal tenaga pendidik, terdapat 24 orang guru, yang terdiri dari 14 guru PNS dan 6 guru honor, 3 tenaga honor, serta 1 guru PNS sebagai kepala sekolah. Pendidikan akhir dari setiap guru adalah Sarjana (S1) dengan pangkat yang berbeda – beda, seperti pangkat IVB, pangkat III, dll. Berikut ini adalah data guru sesuai dengan mata pelajaran di SDN Beusi 1:
No | Jabatan | Jumlah |
1 | Guru Kelas | 18 orang |
2 | Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan | 2 orang |
3 | Guru Pendidikan Agama Islam | 3 orang |
4 | Guru Bahasa Inggris | 1 orang |
TOTAL | 24 orang |
Prasarana yang terdapat di SDN Beusi 1 adalah sebagai berikut:
No. | Prasarana | Keterangan |
1 | Ruang Guru | 1 |
2 | Ruang Ibadah | 1 |
3 | Ruang Kamar Mandi | 2 |
4 | Ruang Kelas | 15 |
5 | Lapangan | 2 |
6 | Ruang Kepala Sekolah | 1 |
7 | Ruang Operator | 1 |
8 | Ruang Perpustakaan | 1 |
Di SDN Beusi 1 belum terdapat Ruang Unit Kesehatan, sehingga jika ada siswa atau guru yang sakit langsung dibawa ke Pustu Kesehatan terdekat. Selain itu, salah satu lapangan juga digunakan sebagai lahan parkIr sepeda untuk siswa. Tidak adanya kantin juga mendorong banyaknya warga yang membuka warung jajananan di luar sekolah. Selain itu, meski telah disediakan perpustakaan, namun belum digunakan secara efektif karena masih dikumpulkannya buku – buku serta masih perlu dirapikan.
Kegiatan Ekstrakurikuler di SDN Beusi 1 antara lain olahraga voli dan pramuka. Kedua kegiatan tersebut tergolong pasif, dan hanya aktif ketika mendekati suatu turnamen atau acara yang akan diikuti oleh sekolah tersebut. Sehingga, tidak ada jadwal latihan rutin.
Berdasarkan peraturan pemerintah, SDN Beusi mendapat bantuan biaya dari pemerintah berupa BOS sebesar Rp. 800.000,. / murid / tahun. Dengan adanya bantuan biaya ini, semua murid dibebaskan biaya sekolah dari tahun awal hingga tahun akhir, kecuali untuk beberapa hal seperti atribut sekolah (seragam) dan alat tulis.
- Pendidikan MTS di desa Beusi
Jumlah siswa kelas 7 : 23 orang
Jumlah siswa kelas 8 : 13 orang
Jumlah siswa kelas 9 : 11 orang
MTS ini menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas 7. Sedangkan kurikulum 2006 digunakan untuk kelas 8 dan kelas 9.
Jumlah tenaga pendidik yang berada di MTS ini adalah 14 orang yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan BINTEK (Bina Teknologi) di Kertajati. Pelatihan ini dilakukan untuk memastikan bahwa guru tersebut telah mampu untuk menjalankan Kurtilas (Kurikulum 2013). Jika dibandingan dengan jumlah siswa yang ada, maka tenaga pendidik di MTS ini dianggap telah cukup bahkan lebih dari cukup untuk mengajar para siswa.
Sarana dan prasarana MTs ini terbilang kurang lengkap, antara lain:
No. | Sarana dan Prasarana | Keterangan |
1 | Ruang Kelas | 3 |
2 | Ruang Perpustakaan | 1 |
3 | Ruang Guru | 1 |
4 | Kantin | 1 |
5 | Lapangan | 1 |
6 | Toilet | 1 |
Terdapat 4 ekstrakurikuler yang aktif disekolah ini yaitu Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka, voli, dan futsal. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan pada sore hari. Program yang pernah dilakukan di MTs ini adalah berkemah keluar daerah selama 3 hari 2 malam (Perjusami).
- Kondisi Pendidikan di Yayasan Pendidikan (Swasta)
- RA : 1 kelas
- TK – Q : 1 kelas
- TP – Q : 1 kelas
- MDTA : 1 kelas
- PTA (Pengajian) : 1 kelas
- Majelis Ta’lim : 1 kelas
- PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) : 3 kelas
PENDIDIKAN NON-FORMAL
Selain adanya lembaga – lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal, di beberapa waktu terakhir semakin marak pula pendidikan non – formal seperti les. Pendidikan les ini lebih bersifat pribadi dan bukan berdasarkan badan atau lembaga penaung tertentu. Tarif yang dikenakan untuk setiap pertemuan les sejumlah Rp 2.000,-. Jumlah murid les saat ini sudah berkisar 50 – 70 orang anak.
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI DESA BEUSI
Permasalahan pendidikan yang ditemui di Desa Beusi adalah sebagai berikut.
- Kesadaran masyarakat desa Beusi terhadap pendidikan masih rendah
- Masyarakat desa beusi memiliki latar belakang pendidikan yang hanya sebatas lulusan sekolah rakyat.
- Terdapat beberapa infrastruktur sekolah yang kurang layak bagi proses belajar mengajar.
- Sarana dan prasana yang ditemui masih kurang.
- Ekonomi masyarakat desa.
- Sulitnya administrasi lembaga pendidikan ke pemerintahan
- Terdapat banyak siswa yang belum mencapai usia belajar 7 tahun sudah masuk ke sekolah dasar.
- Kurang adanya penertiban dari pihak desa terhadap pihak yang mendirikan les dengan waktu belajar yang bersamaan dengan waktu belajar sekolah formal.
- Tidak adanya sistem keamanan di setiap sekolah (seperti satpam atau petugas keamanan), sehingga seringkali fasilitas sekolah dirusak.
Aspek Kesehatan
Desa Beusi merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Ligung.
Masyarakat desa Beusi sudah memiliki pola pikir kesehatan yang sudah
cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan
masyarakat di Beusi dan terdapatnya beberapa fasilitas kesehatan yaitu,
berupa Puskesmas Pembantu (Pustu), dua tempat praktik bidan, dan 3 orang
mantri.untuk kesadaran masyarakatnya sendiri akan keseharan sudah cukup
baik. Hal itu ditandai dengan banyaknya warga yang pergi ke Pustu atau
bidan setempat dan membeli obat yang tersedia disana ketika sakit.
Puskesmas pembantu (Pustu) desa Beusi merupakan tangan panjang dari Puskesmas pusat yang berada di kecamatan Ligung. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjaungkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat. Puskesmas merupakan pusat kesehatan masyarakat yang melayani kesehatan tingkat dasar sehingga harus mudah dijangkau. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan pada pelayanan untuk masyarakat guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan.
Puskemas pembantu (Pustu) desa Beusi kondisinya cukup memperihatinkan. Baik dari alat-alat kesehatan, kondisi bangunan Pustu sendiri, ataupun tenaga kesehatan. Untuk alat-alat kesehatan yang tersedia di Pustu sangat minim atau sangat tidak lengkap. Selain itu, alat-alat tersebut sudah lama dan kurang terawat atau rusak. Selain alat-alat kesehatan, kondisi bangunan Pustu pun juga terbilang memprihatinkan. Hal ini terlihat dari dinding-dinding yang retak di seluruh bangunan Pustu. Selain itu, banyak ruangan di Pustu yang terbengkalai karena tidak digunakan sehingga terlihat kumuh. Tenaga kesahatan di Pustu pun minim. Hanya terdapat 3 bidan yang tidak terdapat pembagian kerja (shift), sehingga para bidan tersebut bekerja secara terus menerus.
Untuk kesehatan para balitanya, desa Beusi menyelenggarakan kegiatan Posyandu setiap satu bulan sekali. Posyandu ini diselenggarakan tersebar di 5 dusun yang berada di desa Beusi. Tempatnya sendiri berada di rumah setiap kepala dusun karena tidak adanya pos Posyandu tetap. Setiap tempat Posyandu memiliki kader-kader Posyandu yang berasal dari masyarakat sekitar yang memiliki kesadaran lebih tentang kesehatan dan lebih berperan aktif dalam hal kesehatan di dusun mereka masing-masing sehingga setiap kader Posyandu di tiap dusunnya berbeda-beda.
Posyandu dilakukan dalam 5 sistem meja yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan dan pelayanan. Program Posyandu diantaranya kesehatan ibu dan anak, program KB (keluarga berencana). Posyandu dilakukan untuk mengurangi permasalahan kesehatan masyarakat yang utama yaitu masih tingginya angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Di samping itu, posyandu berperan juga untuk mengurangi masalah kekurangan gizi pada bayi di sekitar Desa Beusi, karena perilaku sadar gizi pada masyarakat Beusi di setiap dusunnya masih kurang sehingga terdapat permasalahan kurang gizi pada bayi yang seharusnya bertumbuh kembang secara ideal. Selain itu juga, permasalahan kekurangan gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupan makanan ke dalam tubuh yang terdapat pada ibu hamil dan menyusui yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi. Di Posyandu juga biasanya terdapat program keluarga berencana (KB). Program KB bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Meskipun kesadaran masyarakat kesehatan di desa Beusi sudah baik, permasalahan tentang rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan tidak sehat juga berperan secara langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah pembakaran sampah. Di desa Beusi sendiri belum memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sehingga pembuangan sampah warga desa dilakukan dengan cara membakar sampah yang ada di pekarangan belakang rumah. Hal ini merupakan hal yang memprihatinkan, melihat dampak dari pembakaran sampah sendiri yang akan mengganggu kondisi kesehatan pernapsan mereka.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan sekumpulan tindakan (perilaku) yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Perilaku hidup bersih dan sehat di desa Beusi antara lain warga desa sudah memiliki WC masing – masing ditiap rumah, sebulan sekali ada kegiatan bersih bersih contohnya pemotongan pohon yang sudah menganggu jalan dan sudah lebat sehingga dapat membahayakan pengguna jalan dan juga daun yang berjatuhan dapat menjadi sampah yang berserakan, selain itu ada kegiatan fogging yang berguna untuk membunuh nyamuk dewasa dan serangga yang menganggu yang dapat menyebabkan penyakit, contohnya DBD. Selain itu juga ada kegiatan rutin oleh ibu ibu PKK yaitu senam setiap Minggu sore di Balai Desa Beusi yang dihadiri oleh ibu-ibu warga desa Beusi yang bertujuan untuk menjaga kondisi kesehatan mereka sekaligus tempat untuk bersilaturahmi antar ibu-ibu warga desa Beusi. Namun sayangnya, hanya beberapa orang ibu-ibu saja yang selalu mengikuti kegiatan senam tersebut.
Puskesmas pembantu (Pustu) desa Beusi merupakan tangan panjang dari Puskesmas pusat yang berada di kecamatan Ligung. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjaungkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat. Puskesmas merupakan pusat kesehatan masyarakat yang melayani kesehatan tingkat dasar sehingga harus mudah dijangkau. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan pada pelayanan untuk masyarakat guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan pada perorangan.
Puskemas pembantu (Pustu) desa Beusi kondisinya cukup memperihatinkan. Baik dari alat-alat kesehatan, kondisi bangunan Pustu sendiri, ataupun tenaga kesehatan. Untuk alat-alat kesehatan yang tersedia di Pustu sangat minim atau sangat tidak lengkap. Selain itu, alat-alat tersebut sudah lama dan kurang terawat atau rusak. Selain alat-alat kesehatan, kondisi bangunan Pustu pun juga terbilang memprihatinkan. Hal ini terlihat dari dinding-dinding yang retak di seluruh bangunan Pustu. Selain itu, banyak ruangan di Pustu yang terbengkalai karena tidak digunakan sehingga terlihat kumuh. Tenaga kesahatan di Pustu pun minim. Hanya terdapat 3 bidan yang tidak terdapat pembagian kerja (shift), sehingga para bidan tersebut bekerja secara terus menerus.
Untuk kesehatan para balitanya, desa Beusi menyelenggarakan kegiatan Posyandu setiap satu bulan sekali. Posyandu ini diselenggarakan tersebar di 5 dusun yang berada di desa Beusi. Tempatnya sendiri berada di rumah setiap kepala dusun karena tidak adanya pos Posyandu tetap. Setiap tempat Posyandu memiliki kader-kader Posyandu yang berasal dari masyarakat sekitar yang memiliki kesadaran lebih tentang kesehatan dan lebih berperan aktif dalam hal kesehatan di dusun mereka masing-masing sehingga setiap kader Posyandu di tiap dusunnya berbeda-beda.
Posyandu dilakukan dalam 5 sistem meja yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan dan pelayanan. Program Posyandu diantaranya kesehatan ibu dan anak, program KB (keluarga berencana). Posyandu dilakukan untuk mengurangi permasalahan kesehatan masyarakat yang utama yaitu masih tingginya angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Di samping itu, posyandu berperan juga untuk mengurangi masalah kekurangan gizi pada bayi di sekitar Desa Beusi, karena perilaku sadar gizi pada masyarakat Beusi di setiap dusunnya masih kurang sehingga terdapat permasalahan kurang gizi pada bayi yang seharusnya bertumbuh kembang secara ideal. Selain itu juga, permasalahan kekurangan gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupan makanan ke dalam tubuh yang terdapat pada ibu hamil dan menyusui yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi. Di Posyandu juga biasanya terdapat program keluarga berencana (KB). Program KB bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Meskipun kesadaran masyarakat kesehatan di desa Beusi sudah baik, permasalahan tentang rendahnya kondisi kesehatan lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan tidak sehat juga berperan secara langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah pembakaran sampah. Di desa Beusi sendiri belum memiliki Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sehingga pembuangan sampah warga desa dilakukan dengan cara membakar sampah yang ada di pekarangan belakang rumah. Hal ini merupakan hal yang memprihatinkan, melihat dampak dari pembakaran sampah sendiri yang akan mengganggu kondisi kesehatan pernapsan mereka.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu faktor penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan sekumpulan tindakan (perilaku) yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Perilaku hidup bersih dan sehat di desa Beusi antara lain warga desa sudah memiliki WC masing – masing ditiap rumah, sebulan sekali ada kegiatan bersih bersih contohnya pemotongan pohon yang sudah menganggu jalan dan sudah lebat sehingga dapat membahayakan pengguna jalan dan juga daun yang berjatuhan dapat menjadi sampah yang berserakan, selain itu ada kegiatan fogging yang berguna untuk membunuh nyamuk dewasa dan serangga yang menganggu yang dapat menyebabkan penyakit, contohnya DBD. Selain itu juga ada kegiatan rutin oleh ibu ibu PKK yaitu senam setiap Minggu sore di Balai Desa Beusi yang dihadiri oleh ibu-ibu warga desa Beusi yang bertujuan untuk menjaga kondisi kesehatan mereka sekaligus tempat untuk bersilaturahmi antar ibu-ibu warga desa Beusi. Namun sayangnya, hanya beberapa orang ibu-ibu saja yang selalu mengikuti kegiatan senam tersebut.
Aspek Ekonomi
Gambaran Umum Perekonomian Desa
Perekonomian yang ada di Desa Beusi merupakan aset yang besar bagi pertumbuhan perekonomian penduduk desa. Selain berpusat pada sektor pertanian, di Desa Beusi juga berkembang sektor lainnya seperti industri dan jasa. Sektor industri terdiri dari industri genteng dan batu bata, sedangkan pada sektor jasa terdapat usaha-usaha seperti gilingan padi, cuci motor, warung internet, dan foto copy.
Berdasarkan data yang kami peroleh dari aparatur desa, 80% masyarakat Desa Beusi merupakan petani. Sisanya mayoritas bekerja sebagai pedagang dan pekerja bangunan. Petani di Desa Beusi biasanya juga memanfaatkan waktu luang tidak ada pekerjaan di ladang untuk mencari pekerjaan lain. Beberapa memilih untuk bekerja sebagai buruh garmen, dan sebagian lainnya bekerja hingga ke luar kota sebagai pekerja bangunan.
Pertanian
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi tanaman semangka.
Sebagian besar petani adalah petani penggarap. Mereka menggarap lahan sawah milik orang lain. Pemilik sawah ada yang berasal dari luar desa maupun luar kota. Petani penggarap membeli berbagai macam sarana produksi pertanian menggunakan uangnya sendiri. Pembagian hasil jual padi menggunakan sistem bagi hasil antara petani penggarap dengan pemilik sawah sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya. Sebagian yang lainnya merupakan petani dengan status kepemilikan lahan milik pribadi.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran beras di Desa Beusi melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yaitu bandar desa (supplier), pedagang di pasar, dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga pemasaran ini harus melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti menyalurkan beras dalam waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini berguna untuk memudahkan penyaluran beras kepada konsumen dibandingkan penyaluran secara langsung oleh petani. Pemasaran beras di Desa Beusi terdapat 2 saluran pemasaran.
Saluran pemasaran produksi tanaman padi yang ada di Desa Beusi adalah:
Fungsi-fungsi Pemasaran
Lembaga-lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses penyampaian produk dari produsen sampai ke konsumen seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran beras dari Desa Beusi terlihat pada tabel. Pada tabel dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, fungsi fisik yang meliputi kegiatan pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas yang meliputi kegiatan pemberian informasi, penanggungan risiko, standarisasi, dan pembayaran. Petani hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan. Sedangkan lembaga-lembaga pemasaran melakukan hampir seluruh kegiatan fungsi-fungsi pemasaran, hal ini dilakukan sebab lembaga pemasaran berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara petani/produsen dengan konsumen agar konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk, dan harga yang tepat.
Tengkulak membeli hasil panen padi para petani. Padi yang sudah dibeli dari petani kemudian digiling menggunakan mesin penggiling padi. Tengkulak juga mengemas padi yang sudah digiling ke dalam karung. Tengkulak mendistribusikan beras dari petani menuju pasar Pasar Tradisional Ciborelang menggunakan mobil pick up..
Tengkulak juga melakukan fungsi informasi mengenai harga beras di pasar, jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh petani, dan informasi lainnya. Tengkulak melakukan standarisasi beras yang akan berpengaruh pada harga jual beras.
Biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak adalah biaya penyimpanan beras di gudang, biaya penggilingan, biaya pengemasan, dan biaya transportasi.
Pedagang di pasar membeli beras dari beberapa tengkulak. Pedagang biasanya membeli beras dari tengkulak.
Harga di pasar ditentukan oleh mekanisme pasar, dimana saat padi banyak dipasaran, maka harga jual akan turun.
Perilaku Pasar
Perilaku pasar diketahui dengan mengamatai praktek penjualan dan pembelian. Sistem penentuan harga dan pemabayaran diantara lembaga pemasaran.
Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran
Penentuan harga beli padi antara tengkulak dengan petani adalah tawar menawar dan ditentukan oleh lembaga tengkulak, sedangkan tengkulak dengan pedagang di pasar tradisional adalah harga standar, dimana meskipun terjadi fluktuasi harga dipasaran, tengkulak akan tetap membayar sesuai dengan harga standar yang ditetapkan.
Harga di pedagang pasar didasarkan kepada harga di pasar yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Penentuan harga antara pedagang pasar dan pengecer dan antara pengecer dengan konsumen juga melalui proses tawar menawar.
Kerjasama di Antara Lembaga Pemasaran
Harga ditentukan oleh pasar atau melalui hukum permintaan dan penawaran. Dimana permintaan tinggi maka harga jual akan rendah. Sedangkan penawaran sedikit maka harga jual akan naik, tanpa ada kesepakatan antara pedagang untuk meningkatkan harga.
Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan beras dari Desa Beusi untuk sampai ke konsumen. Biaya-biaya yang ditanggung oleh lembaga pemasaran antara lain: biaya pengangkutan transportasi, biaya penyusutan, bongkar muat, pengemasan, sortiran, penyimpanan, dan retribusi.
Permasalahan
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
Peternakan
Pemerintah telah memberikan bantuan berupa hewan ternak. Namun pada kenyataannya ternak yang diberikan banyak yang dijual sebelum berkembang. Hal ini terjadi lantaran pemberian bantuan ini tidak tepat sasaran.
Saat ini, di Desa Beusi masih terdapat beberapa peternakan. Baik dalam sekala besar maupun rumahan. Salah satu peternakan yang masih berkembang ialah usaha peternakan bersama. Usaha yang dikoordinatori oleh Bapak Edi, bersama teman-temannya ini mam.
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama dua bulan sekali.
Masalah:
Industri
Selain pertanian dan peternakan, sektor industri juga ikut menyokong perekonomian Desa Beusi. Industri yang berkembang sejak tahun 1991 sampai saat ini adalah industri genteng. Selain industri genteng, belakangan berkembang juga industri batu bata.
Industri genteng dari Desa Beusi sudah memproduksi berbagai jenis genteng berkualitas. Mulai dari Morando, Gamble, dan Logwuwung. Ketiga jenis tersebut masih di variasikan kedalam berbagai variansi warna. Warna merah coklat, hijau, hitam, dan merah.
Dalam memproduksi genteng, satu truk tanah liat dapat menghasilkan 2500 buah genteng jenis morando.
Permasalahan industri genteng dan bata:
Jasa
Perkembangan ekonomi Desa Beusi mendorong berkembangannya sektor jasa. Meningkatnya kepemilikian sepeda motor meningkatkan permintaan akan jasa cuci motor dan service sepeda motor.
Perkembangan sektor jasa lainnya yang terus tumbuh seiring masuk dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ialah jasa fotocopy dan warung internet. Dengan adanya warung internet, masyarakat khususnya pemuda, mulai terbiasa mengakses situs-situs di internet. Kebanyakan dari mereka membuka jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Menggunakan layanan warung internet di Desa Beusi, masyarakat dapat melakukan cetak/print dokumen.
Bila di banding dengan di kota, tarif internet dan print dokumen di Desa jauh lebih mahal. Untuk satu jam Internet, pelanggan di kenakan biaya Rp 5.000, sedangkan untuk cetak dokumen Rp 1.000 per lembah untuk hitam putih. Tarif fotocopy juga sedikit lebih mahal, yakni Rp 200/lbr. Namun, untuk tarif cuci sepeda motor, tarifnya relatif lebih murah, yakni Rp 8.000.
Kemampuan Keuangan Desa
Kemampuan keuangan desa masih menggandalkan bantuan dari pememrintah sementara untuk pendapatan asli desa dan bantuan pihak ketiga masih kurang.
Sarana dan Prasaranan Perekonomian Desa
Masalah :
Di desa beusi sebagian masyarakat desanya berelanja di pasar yaitu pasar ciborelang. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang menjajakan kebutuhan sehari-hari seperti sayur maur,daging,buah-buahan dan lain-lain. Walaupun Pasar ini letaknya tidak didesa beusi,tetapi sebagian masyarakat dari desa beusi berjualan dan berdagang di pasar ciborelang ini. Pasar yang buka dari jam 4 pagi hingga jam 12 siang ini memiliki beberapa banyak kios atau lapak yang banyak dan banyaknya lapak-lapak yang baru dibuat. Walaupun pasar ini beroperasi hingga jam 12 siang,namun ada beberapa kios atau toko yang buka hingga sore hari.
Pasar ciborelang ini bagi masyarakat desa susah diakses dikarenakan jauhnya dari lokasi desa. Selain itu harga dari sewa lapak yang ada di pasar tersebut sangat mahl hingga mencapai 40 juta rupiah satu tahun, sehingga banyak masyarakat desa yang lama kelamaan enggan untuk berjualan di pasar ciborelang ini.
Masyarakat sangat mengharapkan adanya pasar yang dekat dengan akses jalan di desa Beusi agar tidak memakan waktu dan biaya transportasi di pasar sebelumnya.
Kelompok Tani
Di desa beusi memiliki kelambagaan yang berupa kelompok tani yang bertugas untuk mengimpun para petani seperti bagaimana teknik menanam tanaman padi dan palawija yang cepat dan efisien di desa tersebut. Serta memenuhi kebutuhan petani seperti peminjaman traktor hingga peminjaman dana untuk memenuhi kebutuhan petani seperti membeli pupuk,alat-alat tani dan lain-lain.
Kelompok Tani di desa beusi ini ada tiga yaitu dipegang oleh tiga ketua yakni bapak Qoyim,bapak Ukim,dan Bapak Diman. Dari struktur keanggotaanya satu kelompok tani terdiri dari 15 anggota.
Sekarang ini keberadaan kelompok tani di desa beusi keanggotaannya semakin berkurang,karena rata-rata petani lebih senang menanam padi tanpa diarahkan oleh kelompok tani dan banyaknya pula para petani yang meminjam dana untuk kebutuhan pertaniannya ke tengkulak begitu pula pada hasil penjualan pertaniannya para petani lebih condong ke tengkulak,karena prosesnya yang cepat
Koperasi
Di desa Beusi juga memiliki salah satu kelembagaan yang sudah berdiri cukup lama yaitu koperasi. Koperasi di desa ini hanya ada satu dan lebih condong bekerja sama dengan kelompok tani. Fungsi dari koperasi unit desa ini pada umumnya menawarkan dana pinjaman bagi masyarakat dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Besaran bunga pinjaman yang ditawarkan koperasi berkisar sebanyak 5% per tahun.
Namun sekarang ini keberadaan koperasi di desa beusi ini tidak begitu menonjol. Karena banyaknya masyarakat atau anggota koperasi yang meminjam dana ternyata tidak dikembalikan ( kredit macet). Lalu koperasi desa disini hanya menawarkan simpan pinjam saja sehingga keanggotaanya lebih fokus ke meminjam dan menibulkan kredit macet.
Pabrik genteng
Pabrik genteng didirikan pada tahun 1991. Dalam 1 tanah di pabrik genteng sekitar ada 2500 genteng. Tanah yang bagus diambil dari tanah khusus yang tidak ada batu dalam tanah tersebut. Alat bakar dari hutan. 1 tungku menghasilkan 7000 genteng. Ada 4 macam genteng yang disediakan yaitu genteng palentong, morando, gamble, lock/wuwung. Dari 4 macem genteng terdapat 4 jenis warna yaitu warna coklat, hijau, hitam, dan warna natural dari genteng. Harga genteng yang tidak berwarna 2200/buah. Harga genteng yang berwarna 3300/buah. Dalam memproduksi genteng biasanya ada yang cacat sekitar 1400 buah. 5% genteng terkena reject karena pembakaran
Pegawai terdiri dari hampir 140 orang.
Peralatan:
1 mesin dalam memproduksi genteng terdiri dari 8 orang
Biaya bahan baku:
Perekonomian yang ada di Desa Beusi merupakan aset yang besar bagi pertumbuhan perekonomian penduduk desa. Selain berpusat pada sektor pertanian, di Desa Beusi juga berkembang sektor lainnya seperti industri dan jasa. Sektor industri terdiri dari industri genteng dan batu bata, sedangkan pada sektor jasa terdapat usaha-usaha seperti gilingan padi, cuci motor, warung internet, dan foto copy.
Berdasarkan data yang kami peroleh dari aparatur desa, 80% masyarakat Desa Beusi merupakan petani. Sisanya mayoritas bekerja sebagai pedagang dan pekerja bangunan. Petani di Desa Beusi biasanya juga memanfaatkan waktu luang tidak ada pekerjaan di ladang untuk mencari pekerjaan lain. Beberapa memilih untuk bekerja sebagai buruh garmen, dan sebagian lainnya bekerja hingga ke luar kota sebagai pekerja bangunan.
Pertanian
Mayoritas petani pada umumnya menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang dibudidayakan oleh petani Desa Beusi adalah kacang ijo, kedelai, dan jagung. Selain itu, petani juga ada yang menanam tanaman hortikultura seperti : semangka, mentimun, dan mangga. Ada beberapa alasan yang membuat petani memilih untuk menanam padi. Salah satunya karena cocok dengan kondisi iklim dan geografis di Beusi. Dalam setahun, biasanya petani dapat panen sebanyak dua kali. Di musim kemarau biasanya mereka mengganti tanaman padi menjadi tanaman semangka.
Sebagian besar petani adalah petani penggarap. Mereka menggarap lahan sawah milik orang lain. Pemilik sawah ada yang berasal dari luar desa maupun luar kota. Petani penggarap membeli berbagai macam sarana produksi pertanian menggunakan uangnya sendiri. Pembagian hasil jual padi menggunakan sistem bagi hasil antara petani penggarap dengan pemilik sawah sesuai dengan kesepakatan diantara keduanya. Sebagian yang lainnya merupakan petani dengan status kepemilikan lahan milik pribadi.
Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran beras di Desa Beusi melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yaitu bandar desa (supplier), pedagang di pasar, dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga pemasaran ini harus melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti menyalurkan beras dalam waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga-lembaga pemasaran ini berguna untuk memudahkan penyaluran beras kepada konsumen dibandingkan penyaluran secara langsung oleh petani. Pemasaran beras di Desa Beusi terdapat 2 saluran pemasaran.
Saluran pemasaran produksi tanaman padi yang ada di Desa Beusi adalah:
- Petani -> Tengkulak -> Pasar Tradisional -> Pedagang Pengecer -> Konsumen Akhir
- Petani -> Tengkulak -> Konsumen Akhir
Fungsi-fungsi Pemasaran
Lembaga-lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses penyampaian produk dari produsen sampai ke konsumen seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran beras dari Desa Beusi terlihat pada tabel. Pada tabel dapat diketahui bahwa pelaku pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti fungsi pertukaran yang meliputi kegiatan penjualan, pembelian, fungsi fisik yang meliputi kegiatan pengangkutan, pengemasan dan penyimpanan, serta fungsi fasilitas yang meliputi kegiatan pemberian informasi, penanggungan risiko, standarisasi, dan pembayaran. Petani hanya melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan. Sedangkan lembaga-lembaga pemasaran melakukan hampir seluruh kegiatan fungsi-fungsi pemasaran, hal ini dilakukan sebab lembaga pemasaran berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara petani/produsen dengan konsumen agar konsumen memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk, dan harga yang tepat.
Lembaga Pemasaran | Fungsi Pemasaran | Perlakuan |
Petani | Pertukaran | Penjualan |
Tengkulak | Pertukaran
Fisik Fasilitas |
Pembelian, penjualan
Pengangkutan, penggilingan, pengemasan, penyimpanan Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran |
Pedagang di Pasar Tradisional | Pertukaran
Fisik Fasilitas |
Pembelian, penjualan
Pengangkutan, pengemasan, penyimpanan Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran |
Pedagang Pengecer | Pertukaran
Fisik Fasilitas |
Pembelian, penjualan
Pengangkutan, pengemasan, penyimpanan Informasi, standarisasi, penanggungan risiko, pembayaran |
- Petani
- Tengkulak
Tengkulak membeli hasil panen padi para petani. Padi yang sudah dibeli dari petani kemudian digiling menggunakan mesin penggiling padi. Tengkulak juga mengemas padi yang sudah digiling ke dalam karung. Tengkulak mendistribusikan beras dari petani menuju pasar Pasar Tradisional Ciborelang menggunakan mobil pick up..
Tengkulak juga melakukan fungsi informasi mengenai harga beras di pasar, jumlah produksi padi yang dihasilkan oleh petani, dan informasi lainnya. Tengkulak melakukan standarisasi beras yang akan berpengaruh pada harga jual beras.
Biaya yang dikeluarkan oleh tengkulak adalah biaya penyimpanan beras di gudang, biaya penggilingan, biaya pengemasan, dan biaya transportasi.
- Pedagang di Pasar Tradisional
Pedagang di pasar membeli beras dari beberapa tengkulak. Pedagang biasanya membeli beras dari tengkulak.
Harga di pasar ditentukan oleh mekanisme pasar, dimana saat padi banyak dipasaran, maka harga jual akan turun.
- Pedagang Pengecer
- Konsumen Akhir
Perilaku Pasar
Perilaku pasar diketahui dengan mengamatai praktek penjualan dan pembelian. Sistem penentuan harga dan pemabayaran diantara lembaga pemasaran.
Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran
Penentuan harga beli padi antara tengkulak dengan petani adalah tawar menawar dan ditentukan oleh lembaga tengkulak, sedangkan tengkulak dengan pedagang di pasar tradisional adalah harga standar, dimana meskipun terjadi fluktuasi harga dipasaran, tengkulak akan tetap membayar sesuai dengan harga standar yang ditetapkan.
Harga di pedagang pasar didasarkan kepada harga di pasar yang bekerja berdasarkan mekanisme pasar. Penentuan harga antara pedagang pasar dan pengecer dan antara pengecer dengan konsumen juga melalui proses tawar menawar.
Kerjasama di Antara Lembaga Pemasaran
Harga ditentukan oleh pasar atau melalui hukum permintaan dan penawaran. Dimana permintaan tinggi maka harga jual akan rendah. Sedangkan penawaran sedikit maka harga jual akan naik, tanpa ada kesepakatan antara pedagang untuk meningkatkan harga.
Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan beras dari Desa Beusi untuk sampai ke konsumen. Biaya-biaya yang ditanggung oleh lembaga pemasaran antara lain: biaya pengangkutan transportasi, biaya penyusutan, bongkar muat, pengemasan, sortiran, penyimpanan, dan retribusi.
- Biaya Pengangkutan
- Biaya Pengemasan
- Biaya Penyimpanan
- Biaya Penyusutan
- Biaya Bongkar Muat atau Susun
- Biaya Sortasi
- Biaya Retribusi
Permasalahan
- Akses petani terhadap modal
- Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
- Harga jual rendah
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
- Pola Pikir
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
- Luas lahan sempit
- Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan
- Organisme pengganggu tanaman
Peternakan
Pemerintah telah memberikan bantuan berupa hewan ternak. Namun pada kenyataannya ternak yang diberikan banyak yang dijual sebelum berkembang. Hal ini terjadi lantaran pemberian bantuan ini tidak tepat sasaran.
Saat ini, di Desa Beusi masih terdapat beberapa peternakan. Baik dalam sekala besar maupun rumahan. Salah satu peternakan yang masih berkembang ialah usaha peternakan bersama. Usaha yang dikoordinatori oleh Bapak Edi, bersama teman-temannya ini mam.
Di desa ini mepunyai peternakan lele dan jangkrik. Yang dimana usaha jangkrik ini pernah bekerja sama dengan rusia dimodalkan sebanyak 10 ton perminggu. Jangkrik ini memiliki umur panen selama satu minggu. Setelah itu siap panen. Sedangkan lele memiliki masa panen selama dua bulan sekali.
Masalah:
- Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi
- Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
- Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar
Industri
Selain pertanian dan peternakan, sektor industri juga ikut menyokong perekonomian Desa Beusi. Industri yang berkembang sejak tahun 1991 sampai saat ini adalah industri genteng. Selain industri genteng, belakangan berkembang juga industri batu bata.
Industri genteng dari Desa Beusi sudah memproduksi berbagai jenis genteng berkualitas. Mulai dari Morando, Gamble, dan Logwuwung. Ketiga jenis tersebut masih di variasikan kedalam berbagai variansi warna. Warna merah coklat, hijau, hitam, dan merah.
Dalam memproduksi genteng, satu truk tanah liat dapat menghasilkan 2500 buah genteng jenis morando.
Permasalahan industri genteng dan bata:
- Produktivitas bergantung musim
- Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
- Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau harganya murah, namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
- Skala usaha kecil
- Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar
Jasa
Perkembangan ekonomi Desa Beusi mendorong berkembangannya sektor jasa. Meningkatnya kepemilikian sepeda motor meningkatkan permintaan akan jasa cuci motor dan service sepeda motor.
Perkembangan sektor jasa lainnya yang terus tumbuh seiring masuk dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi ialah jasa fotocopy dan warung internet. Dengan adanya warung internet, masyarakat khususnya pemuda, mulai terbiasa mengakses situs-situs di internet. Kebanyakan dari mereka membuka jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Menggunakan layanan warung internet di Desa Beusi, masyarakat dapat melakukan cetak/print dokumen.
Bila di banding dengan di kota, tarif internet dan print dokumen di Desa jauh lebih mahal. Untuk satu jam Internet, pelanggan di kenakan biaya Rp 5.000, sedangkan untuk cetak dokumen Rp 1.000 per lembah untuk hitam putih. Tarif fotocopy juga sedikit lebih mahal, yakni Rp 200/lbr. Namun, untuk tarif cuci sepeda motor, tarifnya relatif lebih murah, yakni Rp 8.000.
Kemampuan Keuangan Desa
Kemampuan keuangan desa masih menggandalkan bantuan dari pememrintah sementara untuk pendapatan asli desa dan bantuan pihak ketiga masih kurang.
Sarana dan Prasaranan Perekonomian Desa
- Sarana Jalan
- Jalan desa yang merupakan akses menuju pusat kota sudah semua di aspal.
- Jalan gang untuk tiap dusun perlu ada perbaikan.
- Sarana Irigasi
- Sarana Telekomunikasi dan Informasi
- Kondisi Lembaga Perekonomian Desa (Pasar, Kelompok Tani, Koperasi)
Masalah :
- Masih banyaknya masyarakat desa yang meminjam dana,namun dana yang dipinjamkan sering salah sasaran
- Banyaknya proses kredit macet,terlebih-lebih pada lembaga koperasi unit desa sehingga menyebabkan tidak berjalannya koperasi secara aktif
Di desa beusi sebagian masyarakat desanya berelanja di pasar yaitu pasar ciborelang. Pasar ini merupakan pasar tradisional yang menjajakan kebutuhan sehari-hari seperti sayur maur,daging,buah-buahan dan lain-lain. Walaupun Pasar ini letaknya tidak didesa beusi,tetapi sebagian masyarakat dari desa beusi berjualan dan berdagang di pasar ciborelang ini. Pasar yang buka dari jam 4 pagi hingga jam 12 siang ini memiliki beberapa banyak kios atau lapak yang banyak dan banyaknya lapak-lapak yang baru dibuat. Walaupun pasar ini beroperasi hingga jam 12 siang,namun ada beberapa kios atau toko yang buka hingga sore hari.
Pasar ciborelang ini bagi masyarakat desa susah diakses dikarenakan jauhnya dari lokasi desa. Selain itu harga dari sewa lapak yang ada di pasar tersebut sangat mahl hingga mencapai 40 juta rupiah satu tahun, sehingga banyak masyarakat desa yang lama kelamaan enggan untuk berjualan di pasar ciborelang ini.
Masyarakat sangat mengharapkan adanya pasar yang dekat dengan akses jalan di desa Beusi agar tidak memakan waktu dan biaya transportasi di pasar sebelumnya.
Kelompok Tani
Di desa beusi memiliki kelambagaan yang berupa kelompok tani yang bertugas untuk mengimpun para petani seperti bagaimana teknik menanam tanaman padi dan palawija yang cepat dan efisien di desa tersebut. Serta memenuhi kebutuhan petani seperti peminjaman traktor hingga peminjaman dana untuk memenuhi kebutuhan petani seperti membeli pupuk,alat-alat tani dan lain-lain.
Kelompok Tani di desa beusi ini ada tiga yaitu dipegang oleh tiga ketua yakni bapak Qoyim,bapak Ukim,dan Bapak Diman. Dari struktur keanggotaanya satu kelompok tani terdiri dari 15 anggota.
Sekarang ini keberadaan kelompok tani di desa beusi keanggotaannya semakin berkurang,karena rata-rata petani lebih senang menanam padi tanpa diarahkan oleh kelompok tani dan banyaknya pula para petani yang meminjam dana untuk kebutuhan pertaniannya ke tengkulak begitu pula pada hasil penjualan pertaniannya para petani lebih condong ke tengkulak,karena prosesnya yang cepat
Koperasi
Di desa Beusi juga memiliki salah satu kelembagaan yang sudah berdiri cukup lama yaitu koperasi. Koperasi di desa ini hanya ada satu dan lebih condong bekerja sama dengan kelompok tani. Fungsi dari koperasi unit desa ini pada umumnya menawarkan dana pinjaman bagi masyarakat dan menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Besaran bunga pinjaman yang ditawarkan koperasi berkisar sebanyak 5% per tahun.
Namun sekarang ini keberadaan koperasi di desa beusi ini tidak begitu menonjol. Karena banyaknya masyarakat atau anggota koperasi yang meminjam dana ternyata tidak dikembalikan ( kredit macet). Lalu koperasi desa disini hanya menawarkan simpan pinjam saja sehingga keanggotaanya lebih fokus ke meminjam dan menibulkan kredit macet.
Pabrik genteng
Pabrik genteng didirikan pada tahun 1991. Dalam 1 tanah di pabrik genteng sekitar ada 2500 genteng. Tanah yang bagus diambil dari tanah khusus yang tidak ada batu dalam tanah tersebut. Alat bakar dari hutan. 1 tungku menghasilkan 7000 genteng. Ada 4 macam genteng yang disediakan yaitu genteng palentong, morando, gamble, lock/wuwung. Dari 4 macem genteng terdapat 4 jenis warna yaitu warna coklat, hijau, hitam, dan warna natural dari genteng. Harga genteng yang tidak berwarna 2200/buah. Harga genteng yang berwarna 3300/buah. Dalam memproduksi genteng biasanya ada yang cacat sekitar 1400 buah. 5% genteng terkena reject karena pembakaran
Pegawai terdiri dari hampir 140 orang.
Peralatan:
- Molen ada 2
- Roll mil
- oven
- Kendala kayu bakar pada musim hujan susah untuk dibawa ke tempat genteng dengan kendaraan dan sulit untuk dikerjakan pada saat kayu tersebut dipotong di hutan
- Tidak ada bantuan dari pemerintah
- Ambil tanah dari hasil tanah yang sudah dipilih
- Masukan tanah tersebut kedalam truk molen
- Potong-potong dari hasil penggilingan tanah tersebut
- Pindahkan hasil potongan tersebut rol mill
- Cetak satu persatu kedalam roll mil agar membentuk genteng
- Oleskan genteng tersebut dengan minyak khusus untuk genteng
- Simpan didalam rak selama 15 hari lalu dijemur
1 mesin dalam memproduksi genteng terdiri dari 8 orang
Biaya bahan baku:
- Kayu bakar Rp 600/potong
- Biaya molen Rp 100/genteng
- Biaya cetak Rp 165/genteng
- Biaya menjemur Rp 100/genteng
- Oven Rp 50/genteng
- Biaya bakar Rp 50/ genteng
- Biaya reject Rp 50/produksi
- Biaya tanah Rp 120
- Biaya solar 100/genteng
Aspek Budaya
Beusi adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Ligung
Majalengka. Berdasarkan sejarah singkat desa Beusi, pada tahun 1404
Masehi desa Beusi dulunya bernama desa Leuwitingting yang berdiri di
pinggir sungai cikeruh yang berada di bawah kesultanan Cirebon. Di desa
Leuwitingting ini di kepalai oleh seorang yang gagah dan sakti bernama
Raden H. Jafar Sidiq yang memerintah mulai tahun 1440 atau selama 36
tahun.
Pada waktu itu Raden H. Jafar Sidiq disebut Kuwu, dan untuk menjalankan pemerintahannya mengangkat seorang Lebe yang namanya Maryam yang merupakan pamannya sendiri serta beberapa Lurah. Selama memerintah 36 tahun Desa Leuwitingting dalam keadaan subur dan makmur Gemah Ripah Loh Jinawi. Penduduk Desa Leuwitingting memeluk bermacam-macam agama diantaranya Islam,Budha,Hindu bahkan Animisme. Disinilah peran Raden H.Jafar Sidiq untuk syiar islam. Untuk mempermudah penyebaran agama islam, beliau membuat bedug yang terbuat dari pohon sidagori yang suaranya menggema dan menarik perhatian rakyat Cirebon. Akhirnya terdengarlah oleh Gusti Sinuhun dan langsung mengutus seorang yang bernama Syeh Bentong untuk meminta bedug yang ada di desa Leuwitingting, maka dikabulkanlah oleh kuwu Leuwitingting dan langsung dibawa ke Keraton Kesepuhan Cirebon yang konon hingga kini masih ada dan diberi nama oleh Gusti Sinuhun yaitu Bedug Sidagori.
Pada waktu yang naas di desa Leuwitingting terjadi musibah hama yang sangat ganas dan merusak tanaman, baik padi maupun palawija. Hal ini didengar oleh Gusti Sinuhun Cirebon dan beliaupun segera datang untuk memberi bantuan kepada rakyat yang terkena musibah. Didalam perjalanannya beliau membawa semacam kendaraan tradisional yang namanya pedati untuk mengangkut obat-obatan seperti ukup,menyan dan lain-lain untuk memberantas hama yang merajalela. Ditengah perjalanan pedati yang membawa obat-obatan itu masuk parit yang cukup dalam dan pedatipin selip sehingga perjalanan beliau terhambat. Kebetulan hal ini terjadi antara perjalanan Kampung Kedongdong yang sekarang desa Sukawera dengan desa Leuwitingting, maka Gusti Sinuhun meminta bantuan kepada Kuwu Leuwitingting untuk mengangkat pedati yang selip itu, namu secara kebetulan datanglah Lurah Kedongdong yang bernama Kimertabumi. Lurah Kimertabumi menawarkan niatnya kepada Gusti Sinuhun atas kesanggupannya mengangkat pedati tersebut dan Gusti Sinuhun merestuinya. Sesudah pedati itu diangkat kejalan datanglah Kuwu Leuwitingting, kemudian Gusti Sinuhun menyerahkan obat-obatan untuk menangkal hama sekaligus memberi gelar kepada Kuwu Leuwitingting yaitu Raden H.Jafar Sidiq atas jasa-jasanya dengan sebutan Pangeran NALABAYA yang artinya abdi negara juga dapat diartikan NALA itu surat, BAYA itu perjanjian sebagai abdi negara yang memegang surat perjanjian siap menghadapi segala macam tantangan.
Selanjutnya Gusti Sinuhun memerintahkan Kuwu Leuwitingting agar desanya dipindahkan ke Alas Gandok sehingga tidak terkena musibah lagi. Akhirnya Kuwu Pangeran Nalabaya, Lebe Maryam, para Lurah dan masyaraktnya segera pindah ke Alas Gandok. Sedatangnya di Alas Gandok dibangunlah Balai Desa, Masjid d Hulu Dayeuh, Padepokan Karapyak dan membuat sumur. Namun pada saat membuat sumur tiba-tiba menemukan lempengan beusi, maka sumur tersebut dinamakan sumur beusi. Sekarang masih ada dan dikeramatkan. Sehingga Pangeran Nalabaya , Lebe Maryam, Para Lurah dan para Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat sepakat untuk mengganti nama desa dari Leuwitingting menjadi desa Beusi. Setelah selesai membangun desa yang baru, Pangeran Nalabaya memanggil pamannya Lebe Maryam. Beliau berkata “sehubungan ada wangsit bahwa saya harus menghadap Gusti Sinuhun, maka pemerintahan desa Beusi saya titip kepada paman Lebe agar dilaksankan sebaik-baiknya dan sebagai tanda kepercayaan untuk menjalankan tugas jadi Kuwu, saya berikan SUMBUL BUK beserta isinya” di situlah terjadi yang dinamakan BEWU yaitu singkatan dari Lebe dan Kuwu. Semenjak itu pula Kuwu Pangeran Nalabaya tidak kembali lagi. Bewu Maryam menjabat selama 8 tahun. Beliau wafat dan dimakamkamn di padepokan Karapyak.
Sekitar tahun 1585-1609 atau selama 24 tahun terjadi peperangan melawan penjajah Belanda yang disebut BABAD BANTAR JATI . Pada saat Kuwu Abas/Seyong dan Kuwu Sanidin Menjabat. Pada tahun 1754 yang di jabat Kuwu Santan Desa Beusi dari Hulu Dayeuh pindah ke blok Kalenting dekat Kampung Pilang.
Tahun 1942 datanglah penjajah Dainipon atau Jepang, saat itu Kuwunya bernama Parta Disastra. Desa Beusi dipindahkan secara paksa ke sebelah selatan Dukuh Huma dekat Telektek 1 (Kampung Pesantren),dan Telektek 2 (Kampung Entuk).Pada tahun 1982 yang Kuwunya bernama Sutia Andon desa Beusi dimekarkan menjadi dua Desa yaitu desa Beusi dan desa Gandawesi karena penduduknya sudah sangat padat.
Desa Beusi merupakan desa yang kaya akan kesenian, diantaranya yaitu Wayang Kulit, Pertunjukan Sampyong, Genjring, dan Reog Beusi. Akan tetapi kesenian yang masih bertahan sampai saat ini hanya Wayang Kulit, Pertunjukan Sampyong, dan Genjring. Reog Beusi telah punah karena tidak adanya kesadaran warga untuk meneruskan kesenian tersebut.
Di desa Beusi kesenian wayang kulit masih bertahan karena adanya seorang Dalang yang bernama Pak Kardama. Keluarga beliau secara turun temurun berprofesi sebagai Dalang. Beliau memiliki grup wayang kulit yang bernama Eka Marga Purwa yang sudah sering tampil di berbagai wilayah, seperti Cirebon, Indramayu, dan di Desa Beusi sendiri pada saat tradisi Mapag Sri (Pesta Panen). Genjring merupakan nama dari alat musik yang dimainkan oleh sekelompok orang diiringi alat musik lainnya. Jenis lagu yang biasa dimainkan adalah dangdut dan klasik. Di desa Beusi terdapat dua grup genjring yang ada di dusun Rabu dan dusun Entuk. Berikutnya pertunjukan sampyong, yaitu semacam pertunjukan bela diri yang lebih menonjolkan kekuatan tubuh terhadap lecutan cambuk. Sebelum para pemainnya melakukan pertunjukan Sampyong, mereka terlebih dahulu mandi di Sumur Beusi, dengan kepercayaan bahwa tubuh mereka akan menjadi kuat. Dahulunya Sampyong merupakan cara bagi penggambala untuk memperebutkan lahan menggembala ternak. Sekarang ini sampyong menjadi pertunjukan pada saat acara Pesta Panen yang dilakukan oleh 2 sampai 3 orang.
Selain kaya akan kesenian, Desa Beusi masih melestarikan berbagai tradisi, seperti Mapag Sri atau Pesta Panen, Sedekah Bumi atau biasa disebut Munjungan, Tabuh Kemong, dan Pancen. Mapag Sri merupakan acara yang dilakukan sebelum panen, tetapi karena keterbatasan biaya, Mapag Sri dilakukan sekaligus dengan acara Pesta Panen yang dilaksanakan setelah masa panen dimana masyarakatnya sudah memiliki penghasilan yang lebih mencukupi. Pesta Panen biasaya dilakukan saat bulan September hingga November. Pada acara ini diselenggarkan pagelaran wayang kulit dan pertunjukan sampyong. Para warga berkumpul untuk berdoa sebagai tanda syukur atas hasil panen, kemudian makan bersama. Berikutnya tradisi sedekah bumi atau yang sering disebut munjungan yaitu acara dimana para warga mengunjungi atau berziarah ke situs pemakaman yang dikeramatkan seperti di Buyut Karapyak dan Buyut Nambang. Tujuan acara ini adalah untuk bersilaturahim antar warga dan aparat desa, saling bertukar makanan dan berdoa bersama dengan harapan musim cocok tanamnya berhasil. Selanjutnya Tabuh Kemong merupakan tradisi menabuh kemong keliling desa untuk mengumumkan bahwa desa akan menyelenggarakan suatu acara. Kemudian Pancen merupakan tradisi membayar upeti bagi warga yang memiliki sawah kepada kuwu berupa 10 Kg gabah. Tradisi ini merupakan bentuk rasa terimakasih warga kepada kuwu karena telah memimpin mereka. Dahulunya cara tradisi ini berupa warga memberika gabah dan sebagai gantinya kuwu memberikan makanan yang kemudian dimakan bersama, sehingga terciptalah obrolan antara warga dan pemimpin. Hingga tradisi pancen masih ada namun caranya sedikit berubah, yaitu hilangnya makan dan mengobrol bersama.
Selain itu di Desa Beusi terdapat norma-norma yang masih berlaku di tengah-tengah masyarakat, diantaranya pamali keluar rumah menjelang maghrib, calon pengantin harus dipingit terlebih dahulu selama seminggu dan calon pengantin wanita diharuskan puasa mutih yaitu tidak boleh makan makanan yang memiliki aneka rasa. Di Desa Beusi juga terdapat keunikan dalam hal gaji kuwu yaitu hak untuk mengelola dan mengambil hasil dari sepetak tanah yang kepemilikannya hanya selama ia menjabat sebagai kuwu, yang selanjutnya akan diserahkan kepada kuwu berikutnya. Keunikan lainnya dari Desa Beusi yaitu penggunaan genteng sebagai pagar di halaman rumah. Hampir semua rumah di Beusi yang halaman rumahnya terdapat pagar dari genteng.
Kesenian wayang kulit merupakan kesenian yang menarik untuk dipelajari. Apalagi bagi beberapa dari kami yang berasal dari luar Jawa, belum mengenal wayang kulit secara mendalam. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk belajar wayang kulit. Pada hari Sabtu, 16 Januari, kami berkesempatan melibatkan diri untuk belajar wayang bersama di kediaman Pak Dalang Kardama. Kami melihat berbagai macam tokoh wayang kulit, seperti Pandawa, Astina (Kurawa), Dagelan, dan lain-lain. Pak Kardama juga memperlihatkan cara memainkan wayang, terutama saat adegan bertarung. Berbagai alat yang digunakan untuk bertarung dalam pewayangan diantaranya kempala, gada, kerisan, dan panah. Meski sudah lanjut usia, Pak Kardama masih sangat lihai dalam memainkan wayang-wayang kulit tersebut. Beliau memiliki ratusan wayang, yang seluruhnya dapat beliau ingat dengan baik.
Menurut Pak Kardama, dalang wayang yang bertempat tinggal di Desa Beusi, dengan grup wayang kulitnya yaitu Eka Marga Purwa, wayang kulit berasal dari India, yaitu cerita Mahabarata. Tetapi di Indonesia, wayang menggunakan cerita dari para wali, yang terbagi menjadi dua:
Pa Kardama mendapat gelar dari Kasepuhan Cirebon pada tahun 2011, yaitu Surya Nata Prawa. Setiap malam satu Muharam, beliau melakukan pagelaran wayang kulit di Keraton Kasepuhan Cirebon. Menjadi dalang merupakan profesi turun-temurun dalam keluarga Pak Kardama. Kakek dan Ayah beliau merupakan dalang. Beliau memiliki penerus untuk menjadi dalang, yaitu putra sulungnya yang bernama Pak Mumun. Pak Kardama pernah melakukan pagelaran wayang di berbagai wilayah, seperti Cirebon, Indramayu, dan di Desa Beusi sendiri pada saat tradisi Mapag Sri (Pesta Panen). Pada setiap pagelaran wayangnya, Pak Kardama menggunakan bahasa Jawa, dan Sunda. Sedangkan saat pentas di Keraton Kasepuhan Cirebon, beliau khusus menggunakan bahasa Keraton (Kawi). Pak Kardama menyampaikan keinginannya untuk memiliki sanggar wayang kulit, tetapi terhambat oleh faktor biaya dan karena tidak adanya persatuan Dalang di Majalengka.
Di jaman ini, wayang kulit sudah mulai tidak diminati oleh generasi muda. Esensi menonton pertunjukan wayang pun sudah berbeda. Bukan ceritanya yang disukai, tapi justru musik dangdutnya atau sindennya. Dan cerita yang lebih disukanya pun merupakan cerita karangan, bukan cerita yang berasal dari kitab pewayangan.
Wayang kulit terbuat dari kulit kerbau yang sudah dibentuk dan diukir sesuai pola dan diberi warna, dengan gagang dari tanduk kerbau. Satu tanduk biasanya dapat dibuat menjadi dua gagang wayang.
Pagelaran wayang ini biasanya dipentaskan saat Munjungan, Mapag Sri (Pesta Panen), dan Ruwat (Pembersihan). Pagelaran ini berlangsung hingga subuh, diawali dengan Tetalu (pembukaan dengan musik) selama satu jam. Jadi, kesenian wayang kulit merupakan budaya yang menarik dan patut untuk kita lestarikan.
Kemudian kami juga tertarik untuk mengetahui tentang kesenian genjring yang ada di Dusun Rabu, Desa Beusi. Kami mengunjungi kediaman Pak Weweng Cahwan, salah seorang pemain genjring dalam grup Kombayana yang sudah berdiri selama 10 tahun. Kami mendapatkan banyak pengetahuan mengenai genjring dari beliau. Kesenian genjring merupakan nama dari alat musik yang dimainkan oleh sekelompok orang diiringi alat musik lainnya, diantaranya yaitu Bedugan, Gong, Kecrekan, dan Gitar. Jenis lagu yang biasa dimainkan adalah dangdut dan klasik. Dalam satu grup genjring terdiri dari 10 hingga 12 orang pemain. Grup genjring ini telah tampil di berbagai acara hajatan khitanan dan pada bulan Ramadhan melakukan ‘Obrog’, yaitu kegiatan keliling desa untuk membangunkan warga untuk sahur. Alat musik genjring terbuat dari kulit lembu, dan kayunya merupakan kayu dari pohon sawo. Sedangkan kecrekan terbuat dari kuningan. Kesenian genjring ini merupakan kesenian yang dilestarikan secara turun-temurun oleh keluarga Pak Weweng Cahwan dan sebagai generasi muda tentunya kami harus mencontoh hal baik tersebut.
Selain itu, kami juga tertarik untuk mengetahui lokasi kegiatan tradisi munjungan di laksanakan. Kamipun mengunjungi kediaman Pak Chandra selaku kepala dusun saptu dan pengurus DISPORABUDPAR untuk mencari informasi. Beliau bersedia mengantar kami ke tempat-tempat situs makam keramat yang ada di Desa Beusi. Munjungan yaitu acara dimana para warga mengunjungi atau berziarah ke situs pemakaman yang dikeramatkan seperti di Buyut Karapyak dan Buyut Nambang. Tujuan acara ini adalah untuk bersilaturahim antar warga dan aparat desa, saling bertukar makanan dan berdoa bersama dengan harapan musim cocok tanamnya berhasil. Upacara ini dilaksanakan sekitar bulan September hingga November. Kami diantar ke tempat Buyut Karapyak yang sekarang wilayahnya masuk Desa Gandawesi. Akses jalan menuju lokasi hanya berupa jalanan setapak di tengah-tengah pesawahan. Meski cuaca di perjalanan terasa panah, tetapi saat memasuki kawasan pemakaman Buyut Karapyak udara terasa sejuk dan tempat ini memiliki pekarangan yang cukup luas. terdapat banyak tumbuhan besar yang membuat pemakaman tampak teduh, ditambah lagi adanya aliran air yang mengalir di belakang area pemakaman.
Setelah itu kami diajak melihat kawasan Sumur Beusi, yang menurut sejarah merupakan asal-muasal nama Desa Beusi karena ditemukannya lempengan besi di dalam sumur tersebut yang konon katanya masih ada hingga saat ini. Air di dalam sumur tersebut penuh, jernih, dan sejuk. Kawasan sumur yang dikeramatkan ini tidak begitu luas, tetapi memiliki pondok untuk berteduh. Air dari sumur ini biasa digunakan untuk mandi oleh para pemain Sampyong sebelum pertunjukan Sampyong karena dipercaya dapat memperkuat tubuh mereka. Kemudian kami diantar menuju kawasan makam Buyut Nambang yang berada di dusun Entuk. Kawasan ini cukup luas dan terawatt. Oleh sang kuncen lahannya ditanami berbagai tanaman seperti cabai dan ubi. Menurut Pak Kuncen, profesi sebagai kuncen merupakan profesi turun-temurun, dimana tugasnya adalah merawat dan membersihkan kawasan pemakaman tersebut secara rutin tiap hari Jum’at atau di waktu senggang. Selanjutnya kami diajak melihat lokasi tuk air atau sumber air yang menjadi asal-muasal nama Dusun Entuk. Sumber air ini dulunya digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, namun sekarang hanya digunakan untuk pengairan sawah.
Tradisi dan kesenian di Desa Beusi ini merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan keberadaannya.
Pada waktu itu Raden H. Jafar Sidiq disebut Kuwu, dan untuk menjalankan pemerintahannya mengangkat seorang Lebe yang namanya Maryam yang merupakan pamannya sendiri serta beberapa Lurah. Selama memerintah 36 tahun Desa Leuwitingting dalam keadaan subur dan makmur Gemah Ripah Loh Jinawi. Penduduk Desa Leuwitingting memeluk bermacam-macam agama diantaranya Islam,Budha,Hindu bahkan Animisme. Disinilah peran Raden H.Jafar Sidiq untuk syiar islam. Untuk mempermudah penyebaran agama islam, beliau membuat bedug yang terbuat dari pohon sidagori yang suaranya menggema dan menarik perhatian rakyat Cirebon. Akhirnya terdengarlah oleh Gusti Sinuhun dan langsung mengutus seorang yang bernama Syeh Bentong untuk meminta bedug yang ada di desa Leuwitingting, maka dikabulkanlah oleh kuwu Leuwitingting dan langsung dibawa ke Keraton Kesepuhan Cirebon yang konon hingga kini masih ada dan diberi nama oleh Gusti Sinuhun yaitu Bedug Sidagori.
Pada waktu yang naas di desa Leuwitingting terjadi musibah hama yang sangat ganas dan merusak tanaman, baik padi maupun palawija. Hal ini didengar oleh Gusti Sinuhun Cirebon dan beliaupun segera datang untuk memberi bantuan kepada rakyat yang terkena musibah. Didalam perjalanannya beliau membawa semacam kendaraan tradisional yang namanya pedati untuk mengangkut obat-obatan seperti ukup,menyan dan lain-lain untuk memberantas hama yang merajalela. Ditengah perjalanan pedati yang membawa obat-obatan itu masuk parit yang cukup dalam dan pedatipin selip sehingga perjalanan beliau terhambat. Kebetulan hal ini terjadi antara perjalanan Kampung Kedongdong yang sekarang desa Sukawera dengan desa Leuwitingting, maka Gusti Sinuhun meminta bantuan kepada Kuwu Leuwitingting untuk mengangkat pedati yang selip itu, namu secara kebetulan datanglah Lurah Kedongdong yang bernama Kimertabumi. Lurah Kimertabumi menawarkan niatnya kepada Gusti Sinuhun atas kesanggupannya mengangkat pedati tersebut dan Gusti Sinuhun merestuinya. Sesudah pedati itu diangkat kejalan datanglah Kuwu Leuwitingting, kemudian Gusti Sinuhun menyerahkan obat-obatan untuk menangkal hama sekaligus memberi gelar kepada Kuwu Leuwitingting yaitu Raden H.Jafar Sidiq atas jasa-jasanya dengan sebutan Pangeran NALABAYA yang artinya abdi negara juga dapat diartikan NALA itu surat, BAYA itu perjanjian sebagai abdi negara yang memegang surat perjanjian siap menghadapi segala macam tantangan.
Selanjutnya Gusti Sinuhun memerintahkan Kuwu Leuwitingting agar desanya dipindahkan ke Alas Gandok sehingga tidak terkena musibah lagi. Akhirnya Kuwu Pangeran Nalabaya, Lebe Maryam, para Lurah dan masyaraktnya segera pindah ke Alas Gandok. Sedatangnya di Alas Gandok dibangunlah Balai Desa, Masjid d Hulu Dayeuh, Padepokan Karapyak dan membuat sumur. Namun pada saat membuat sumur tiba-tiba menemukan lempengan beusi, maka sumur tersebut dinamakan sumur beusi. Sekarang masih ada dan dikeramatkan. Sehingga Pangeran Nalabaya , Lebe Maryam, Para Lurah dan para Tokoh Agama serta Tokoh Masyarakat sepakat untuk mengganti nama desa dari Leuwitingting menjadi desa Beusi. Setelah selesai membangun desa yang baru, Pangeran Nalabaya memanggil pamannya Lebe Maryam. Beliau berkata “sehubungan ada wangsit bahwa saya harus menghadap Gusti Sinuhun, maka pemerintahan desa Beusi saya titip kepada paman Lebe agar dilaksankan sebaik-baiknya dan sebagai tanda kepercayaan untuk menjalankan tugas jadi Kuwu, saya berikan SUMBUL BUK beserta isinya” di situlah terjadi yang dinamakan BEWU yaitu singkatan dari Lebe dan Kuwu. Semenjak itu pula Kuwu Pangeran Nalabaya tidak kembali lagi. Bewu Maryam menjabat selama 8 tahun. Beliau wafat dan dimakamkamn di padepokan Karapyak.
Sekitar tahun 1585-1609 atau selama 24 tahun terjadi peperangan melawan penjajah Belanda yang disebut BABAD BANTAR JATI . Pada saat Kuwu Abas/Seyong dan Kuwu Sanidin Menjabat. Pada tahun 1754 yang di jabat Kuwu Santan Desa Beusi dari Hulu Dayeuh pindah ke blok Kalenting dekat Kampung Pilang.
Tahun 1942 datanglah penjajah Dainipon atau Jepang, saat itu Kuwunya bernama Parta Disastra. Desa Beusi dipindahkan secara paksa ke sebelah selatan Dukuh Huma dekat Telektek 1 (Kampung Pesantren),dan Telektek 2 (Kampung Entuk).Pada tahun 1982 yang Kuwunya bernama Sutia Andon desa Beusi dimekarkan menjadi dua Desa yaitu desa Beusi dan desa Gandawesi karena penduduknya sudah sangat padat.
Desa Beusi merupakan desa yang kaya akan kesenian, diantaranya yaitu Wayang Kulit, Pertunjukan Sampyong, Genjring, dan Reog Beusi. Akan tetapi kesenian yang masih bertahan sampai saat ini hanya Wayang Kulit, Pertunjukan Sampyong, dan Genjring. Reog Beusi telah punah karena tidak adanya kesadaran warga untuk meneruskan kesenian tersebut.
Di desa Beusi kesenian wayang kulit masih bertahan karena adanya seorang Dalang yang bernama Pak Kardama. Keluarga beliau secara turun temurun berprofesi sebagai Dalang. Beliau memiliki grup wayang kulit yang bernama Eka Marga Purwa yang sudah sering tampil di berbagai wilayah, seperti Cirebon, Indramayu, dan di Desa Beusi sendiri pada saat tradisi Mapag Sri (Pesta Panen). Genjring merupakan nama dari alat musik yang dimainkan oleh sekelompok orang diiringi alat musik lainnya. Jenis lagu yang biasa dimainkan adalah dangdut dan klasik. Di desa Beusi terdapat dua grup genjring yang ada di dusun Rabu dan dusun Entuk. Berikutnya pertunjukan sampyong, yaitu semacam pertunjukan bela diri yang lebih menonjolkan kekuatan tubuh terhadap lecutan cambuk. Sebelum para pemainnya melakukan pertunjukan Sampyong, mereka terlebih dahulu mandi di Sumur Beusi, dengan kepercayaan bahwa tubuh mereka akan menjadi kuat. Dahulunya Sampyong merupakan cara bagi penggambala untuk memperebutkan lahan menggembala ternak. Sekarang ini sampyong menjadi pertunjukan pada saat acara Pesta Panen yang dilakukan oleh 2 sampai 3 orang.
Selain kaya akan kesenian, Desa Beusi masih melestarikan berbagai tradisi, seperti Mapag Sri atau Pesta Panen, Sedekah Bumi atau biasa disebut Munjungan, Tabuh Kemong, dan Pancen. Mapag Sri merupakan acara yang dilakukan sebelum panen, tetapi karena keterbatasan biaya, Mapag Sri dilakukan sekaligus dengan acara Pesta Panen yang dilaksanakan setelah masa panen dimana masyarakatnya sudah memiliki penghasilan yang lebih mencukupi. Pesta Panen biasaya dilakukan saat bulan September hingga November. Pada acara ini diselenggarkan pagelaran wayang kulit dan pertunjukan sampyong. Para warga berkumpul untuk berdoa sebagai tanda syukur atas hasil panen, kemudian makan bersama. Berikutnya tradisi sedekah bumi atau yang sering disebut munjungan yaitu acara dimana para warga mengunjungi atau berziarah ke situs pemakaman yang dikeramatkan seperti di Buyut Karapyak dan Buyut Nambang. Tujuan acara ini adalah untuk bersilaturahim antar warga dan aparat desa, saling bertukar makanan dan berdoa bersama dengan harapan musim cocok tanamnya berhasil. Selanjutnya Tabuh Kemong merupakan tradisi menabuh kemong keliling desa untuk mengumumkan bahwa desa akan menyelenggarakan suatu acara. Kemudian Pancen merupakan tradisi membayar upeti bagi warga yang memiliki sawah kepada kuwu berupa 10 Kg gabah. Tradisi ini merupakan bentuk rasa terimakasih warga kepada kuwu karena telah memimpin mereka. Dahulunya cara tradisi ini berupa warga memberika gabah dan sebagai gantinya kuwu memberikan makanan yang kemudian dimakan bersama, sehingga terciptalah obrolan antara warga dan pemimpin. Hingga tradisi pancen masih ada namun caranya sedikit berubah, yaitu hilangnya makan dan mengobrol bersama.
Selain itu di Desa Beusi terdapat norma-norma yang masih berlaku di tengah-tengah masyarakat, diantaranya pamali keluar rumah menjelang maghrib, calon pengantin harus dipingit terlebih dahulu selama seminggu dan calon pengantin wanita diharuskan puasa mutih yaitu tidak boleh makan makanan yang memiliki aneka rasa. Di Desa Beusi juga terdapat keunikan dalam hal gaji kuwu yaitu hak untuk mengelola dan mengambil hasil dari sepetak tanah yang kepemilikannya hanya selama ia menjabat sebagai kuwu, yang selanjutnya akan diserahkan kepada kuwu berikutnya. Keunikan lainnya dari Desa Beusi yaitu penggunaan genteng sebagai pagar di halaman rumah. Hampir semua rumah di Beusi yang halaman rumahnya terdapat pagar dari genteng.
Kesenian wayang kulit merupakan kesenian yang menarik untuk dipelajari. Apalagi bagi beberapa dari kami yang berasal dari luar Jawa, belum mengenal wayang kulit secara mendalam. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk belajar wayang kulit. Pada hari Sabtu, 16 Januari, kami berkesempatan melibatkan diri untuk belajar wayang bersama di kediaman Pak Dalang Kardama. Kami melihat berbagai macam tokoh wayang kulit, seperti Pandawa, Astina (Kurawa), Dagelan, dan lain-lain. Pak Kardama juga memperlihatkan cara memainkan wayang, terutama saat adegan bertarung. Berbagai alat yang digunakan untuk bertarung dalam pewayangan diantaranya kempala, gada, kerisan, dan panah. Meski sudah lanjut usia, Pak Kardama masih sangat lihai dalam memainkan wayang-wayang kulit tersebut. Beliau memiliki ratusan wayang, yang seluruhnya dapat beliau ingat dengan baik.
Menurut Pak Kardama, dalang wayang yang bertempat tinggal di Desa Beusi, dengan grup wayang kulitnya yaitu Eka Marga Purwa, wayang kulit berasal dari India, yaitu cerita Mahabarata. Tetapi di Indonesia, wayang menggunakan cerita dari para wali, yang terbagi menjadi dua:
- Krama Yoga, cerita ini biasa digunakan di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
- Pustaka Raja Purwa, yang digunakan di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali.
Pa Kardama mendapat gelar dari Kasepuhan Cirebon pada tahun 2011, yaitu Surya Nata Prawa. Setiap malam satu Muharam, beliau melakukan pagelaran wayang kulit di Keraton Kasepuhan Cirebon. Menjadi dalang merupakan profesi turun-temurun dalam keluarga Pak Kardama. Kakek dan Ayah beliau merupakan dalang. Beliau memiliki penerus untuk menjadi dalang, yaitu putra sulungnya yang bernama Pak Mumun. Pak Kardama pernah melakukan pagelaran wayang di berbagai wilayah, seperti Cirebon, Indramayu, dan di Desa Beusi sendiri pada saat tradisi Mapag Sri (Pesta Panen). Pada setiap pagelaran wayangnya, Pak Kardama menggunakan bahasa Jawa, dan Sunda. Sedangkan saat pentas di Keraton Kasepuhan Cirebon, beliau khusus menggunakan bahasa Keraton (Kawi). Pak Kardama menyampaikan keinginannya untuk memiliki sanggar wayang kulit, tetapi terhambat oleh faktor biaya dan karena tidak adanya persatuan Dalang di Majalengka.
Di jaman ini, wayang kulit sudah mulai tidak diminati oleh generasi muda. Esensi menonton pertunjukan wayang pun sudah berbeda. Bukan ceritanya yang disukai, tapi justru musik dangdutnya atau sindennya. Dan cerita yang lebih disukanya pun merupakan cerita karangan, bukan cerita yang berasal dari kitab pewayangan.
Wayang kulit terbuat dari kulit kerbau yang sudah dibentuk dan diukir sesuai pola dan diberi warna, dengan gagang dari tanduk kerbau. Satu tanduk biasanya dapat dibuat menjadi dua gagang wayang.
Pagelaran wayang ini biasanya dipentaskan saat Munjungan, Mapag Sri (Pesta Panen), dan Ruwat (Pembersihan). Pagelaran ini berlangsung hingga subuh, diawali dengan Tetalu (pembukaan dengan musik) selama satu jam. Jadi, kesenian wayang kulit merupakan budaya yang menarik dan patut untuk kita lestarikan.
Kemudian kami juga tertarik untuk mengetahui tentang kesenian genjring yang ada di Dusun Rabu, Desa Beusi. Kami mengunjungi kediaman Pak Weweng Cahwan, salah seorang pemain genjring dalam grup Kombayana yang sudah berdiri selama 10 tahun. Kami mendapatkan banyak pengetahuan mengenai genjring dari beliau. Kesenian genjring merupakan nama dari alat musik yang dimainkan oleh sekelompok orang diiringi alat musik lainnya, diantaranya yaitu Bedugan, Gong, Kecrekan, dan Gitar. Jenis lagu yang biasa dimainkan adalah dangdut dan klasik. Dalam satu grup genjring terdiri dari 10 hingga 12 orang pemain. Grup genjring ini telah tampil di berbagai acara hajatan khitanan dan pada bulan Ramadhan melakukan ‘Obrog’, yaitu kegiatan keliling desa untuk membangunkan warga untuk sahur. Alat musik genjring terbuat dari kulit lembu, dan kayunya merupakan kayu dari pohon sawo. Sedangkan kecrekan terbuat dari kuningan. Kesenian genjring ini merupakan kesenian yang dilestarikan secara turun-temurun oleh keluarga Pak Weweng Cahwan dan sebagai generasi muda tentunya kami harus mencontoh hal baik tersebut.
Selain itu, kami juga tertarik untuk mengetahui lokasi kegiatan tradisi munjungan di laksanakan. Kamipun mengunjungi kediaman Pak Chandra selaku kepala dusun saptu dan pengurus DISPORABUDPAR untuk mencari informasi. Beliau bersedia mengantar kami ke tempat-tempat situs makam keramat yang ada di Desa Beusi. Munjungan yaitu acara dimana para warga mengunjungi atau berziarah ke situs pemakaman yang dikeramatkan seperti di Buyut Karapyak dan Buyut Nambang. Tujuan acara ini adalah untuk bersilaturahim antar warga dan aparat desa, saling bertukar makanan dan berdoa bersama dengan harapan musim cocok tanamnya berhasil. Upacara ini dilaksanakan sekitar bulan September hingga November. Kami diantar ke tempat Buyut Karapyak yang sekarang wilayahnya masuk Desa Gandawesi. Akses jalan menuju lokasi hanya berupa jalanan setapak di tengah-tengah pesawahan. Meski cuaca di perjalanan terasa panah, tetapi saat memasuki kawasan pemakaman Buyut Karapyak udara terasa sejuk dan tempat ini memiliki pekarangan yang cukup luas. terdapat banyak tumbuhan besar yang membuat pemakaman tampak teduh, ditambah lagi adanya aliran air yang mengalir di belakang area pemakaman.
Setelah itu kami diajak melihat kawasan Sumur Beusi, yang menurut sejarah merupakan asal-muasal nama Desa Beusi karena ditemukannya lempengan besi di dalam sumur tersebut yang konon katanya masih ada hingga saat ini. Air di dalam sumur tersebut penuh, jernih, dan sejuk. Kawasan sumur yang dikeramatkan ini tidak begitu luas, tetapi memiliki pondok untuk berteduh. Air dari sumur ini biasa digunakan untuk mandi oleh para pemain Sampyong sebelum pertunjukan Sampyong karena dipercaya dapat memperkuat tubuh mereka. Kemudian kami diantar menuju kawasan makam Buyut Nambang yang berada di dusun Entuk. Kawasan ini cukup luas dan terawatt. Oleh sang kuncen lahannya ditanami berbagai tanaman seperti cabai dan ubi. Menurut Pak Kuncen, profesi sebagai kuncen merupakan profesi turun-temurun, dimana tugasnya adalah merawat dan membersihkan kawasan pemakaman tersebut secara rutin tiap hari Jum’at atau di waktu senggang. Selanjutnya kami diajak melihat lokasi tuk air atau sumber air yang menjadi asal-muasal nama Dusun Entuk. Sumber air ini dulunya digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, namun sekarang hanya digunakan untuk pengairan sawah.
Tradisi dan kesenian di Desa Beusi ini merupakan warisan budaya yang masih dilestarikan keberadaannya.
Aspek Agama
Kehidupan beragama merupakan salah satu aspek terpenting dalam
bermasyarakat. Oleh karenanya, aspek agama dijadikan salah satu aspek
yang kita teliti selama melaksanakan kknm ini. Menurut data yang ada di
kantor desa beusi serta perbincangan dengan warga setempat, ada 2 buah
mesjid serta 19 musholla yang tersebar di daerah beusi ini. Untuk
kegiatan rutinnya sendiri terdapat pengajian yang dilaksanakan 2 kali
dalam satu bulan.
Untuk struktur DKM Mesjid Al-Barokah Al-Mansyur di desa Beusi yang masih aktif sebagai berikut :
Ketua : Maman
Bendahara dan Sekretaris : Darita
Konsumsi : Sadi
Anggota : Muklis dan Dadang
Untuk struktur DKM Mesjid Al-Barokah Al-Mansyur di desa Beusi yang masih aktif sebagai berikut :
Ketua : Maman
Bendahara dan Sekretaris : Darita
Konsumsi : Sadi
Anggota : Muklis dan Dadang
Masalah dan Potensi Desa
Potensi Masyarakat
Permasalahan Masyarakat
Permasalahan Masyarakat yang terjadi di Desa Beusi seperti :
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
Permasalahan dari Aspek Peternakan diantaranya:
- Aspek Pertanian
- Aspek Peternakan
Permasalahan Masyarakat
Permasalahan Masyarakat yang terjadi di Desa Beusi seperti :
- Permasalahan pertanian dan perekonomian masyarakat
- Akses petani terhadap modal
- Akses Petani Terhadap Informasi Masih Rendah
- Harga jual rendah
Saat panen raya tiba, harga jual akan sangat turun. Pada saat ini hukum permintaan dan penawaran berlaku. Oleh sebab itu perlu adanya manajemen usaha tani yang berfungsi dalam penyediaan beras di pasar.
- Pola Pikir
Penyuluh yang menginstruksikan petani untuk menjalankan program padi legowo juga memiliki kesulitan dalam merubah perilaku petani yang memiliki pola pikir kurang maju. Ada petani yang menerima, petani yang setengah menerima, dan ada petani yang menolak. Petani yang menerima adalah petani yang berpikiran maju, mereka memiliki kesadaran untuk menerapkan teknik legowo dengan melihat berbagai macam keuntungan yang didapatkan dengan mereka menerapkannya. Petani yang setengah menerima adalah petani yang awalnya menerima untuk menerapkan teknik tanam legowo dengan melihat contoh petani lain yang sudah berhasil tapi tidak berlanjut pada penanaman selanjutnya. Karakteristik yang terakhir adalah petani yang menolak. Petani yang menolak ini adalah petani yang masih berpikiran kurang maju dan menganggap teknik legowo ini akan menurunkan produktivitas padi mereka. Selain itu, sikap mereka yang “nerimo” apa yang sudah menjadi budaya dalam usaha tani mereka menyebabkan mereka enggan untuk berpindah dari teknik tegel menjadi legowo. Teknik legowo juga mereka anggap sulit pemeliharaannya.
Usaha pemerintah dalam upaya membentuk kesadaran petani untuk melaksanakan program-program yang telah dicanangkan adalah dikerahkannya Babinsa (Bintara Pembina Desa). Peranan Babinsa ini adalah untuk mengajak para petani serta menjadi penengah bagi para petani dalam penggunaan sarana dan prasarana petani. Diharapkan dengan turut sertanya Babinsa dalam penyuluhan mereka dapat memberikan semangat dan rasa aman bagi petani sehingga mereka mampu meningkatkan produktivitas untuk percepatan swasembada pangan.
- Luas lahan sempit
- Tenaga kerja lanjut usia lebih dominan
- Organisme pengganggu tanaman
Permasalahan dari Aspek Peternakan diantaranya:
- Harga jual lele rendah meskipun harga bahan baku tinggi
- Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat
- Jumlah produksi jangkrik rendah, sehingga tidak dapat memenuhi pasar
- Produktivitas bergantung musim
- Ketersediaan kayu sebagai bahan bakar tergantung musim
- Produk cacat genteng bisa dimanfaatkan untuk bahan bangunan walau harganya murah, namun produk cacat bata tidak dapat dimanfaatkan lagi.
- Skala usaha kecil
- Masuknya barang substitusi yang lebih ekonomis ke pasar
Struktur Desa
Desa Beusi menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa dengan Pola Minimal, selengkapnya sebagai berikut :
Sedangkan untuk pembagian wilayah desanya, desa beusi terdri dari 5 dusun, dan 23 RT, Dengan susunan sebagai berikut :
Sedangkan untuk pembagian wilayah desanya, desa beusi terdri dari 5 dusun, dan 23 RT, Dengan susunan sebagai berikut :
Keadaan Geografi dan Demografi
KEADAAN GEOGRAFI
Desa Beusi merupakan desa yang bertipologi daratan dengan luas wilayah 230,729 Ha, yang terdiri dari :
Orbitasi / jarak dari pusat-pusat pemerintahan :
Desa beusi merupakan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian sebagian penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian tanaman pangan dengan hasil utama padi dan palawija. Sedangkan pencaharian lainnya diantaranya sektor industri genteng.
KEADAAN DEMOGRAFI
2. Menurut kepala keluarga (KK)
Tabel jumlah penduduk tiap dusun
3. Menurut kelompok umur
Tabel kelompok umur
4. Menurut tingkat pendidikan
Tabel kelompok pendidikan
- Letak Wilayah
- Sebelah Utara : Desa Gandawesi
- Sebelah Timur : Desa Tegalaren
- Sebelah Selatan : Desa Cibolerang & Sutawangi Kec. Jatiwangi
- Sebelah Barat : Desa Jatisura Kec. Jatiwangi
Desa Beusi merupakan desa yang bertipologi daratan dengan luas wilayah 230,729 Ha, yang terdiri dari :
- Sawah : 190.143 ha
- Tanah bukan sawah
- Pekarangan : 36.400 ha
- Lainnya : 4.186 ha
- Pertanian
- Peternakan
- Lahan / Tanah
Orbitasi / jarak dari pusat-pusat pemerintahan :
- Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan : ± 8 km
- Jarak dari pusat Pemerintahan Kabupaten : ± 22 km
- Jarak dari pusat Pemerintahan Provinsi : ± 101 km
- Jarak dari pusat Pemerintahan Pusat : ± 207 km
Desa beusi merupakan pedesaan yang bersifat agraris, dengan mata pencaharian sebagian penduduknya adalah bercocok tanam terutama sektor pertanian tanaman pangan dengan hasil utama padi dan palawija. Sedangkan pencaharian lainnya diantaranya sektor industri genteng.
KEADAAN DEMOGRAFI
- Jumlah Penduduk
2. Menurut kepala keluarga (KK)
Tabel jumlah penduduk tiap dusun
Nama Dusun | KK | Laki – Laki | Perempuan | Jumlah |
Dusun Rabu | 349 | 419 | 494 | 913 |
Dusun Kamis | 331 | 418 | 429 | 847 |
Dusun Jum’at | 325 | 419 | 441 | 860 |
Dusun Sabtu | 283 | 423 | 416 | 839 |
Dusun Entuk | 370 | 538 | 506 | 1044 |
Jumlah | 1658 | 2217 | 2286 | 4503 |
3. Menurut kelompok umur
Tabel kelompok umur
Kelompok umur | 0-4 | 5-6 | 7-12 | 13-15 | 16-18 | 19-25 | 26-64 | 65 keatas | Jumlah |
Jumlah | 180 | 172 | 621 | 282 | 281 | 776 | 1803 | 388 | 4503 |
Tabel kelompok pendidikan
Pendidikan | Jumlah |
Strata 2 | 9 Orang |
D4 / Strata 1 | 32 Orang |
D3 / S.Muda | 25 Orang |
D1/D2 | 11 Orang |
SLTA/sederajat | 282 Orang |
SLTP/sederajat | 621 Orang |
Tamat SD/Sederajat | 2463 Orang |
Blm. Tamat SD | 180 Orang |
Blm. Sekolah | 878 Orang |
Total | 4503 Orang |
Langganan:
Postingan (Atom)